AGAM, METRO
Diam-diam, dalam kurun 4 tahun terakhir, Sanggar Tari Pitunggua Agam menorehkan prestasi di sejumlah ajang tari bergengsi. Teranyar, anak asuh sanggar tari besutan anak Nagari Lubuk Basung ini mewakili Indonesia berlaga di International Dance Festival – South Asia Dance Festival Virtual 2020 yang diikuti 12 negara. Berawal dari kelompok kecil yang tidak memiliki tempat untuk latihan, Sanggar Tari Pitunggua Agam terus memupuk asa untuk menjadi sanggar yang diperhitungkan. Kini, sanggar yang digawangi Fetrinaldi SSn jebolan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI – kini ISI) Padangpanjang itu melenggang ke pentas Internasional.
“Awal mula dirancang tahun 2016, saat kami pulang dari rantau. Aktif berproses dengan badan hukum dan kepengurusan tahun 2017, di mana awalnya kami meminjam teras GOR Rang Agam sebagai tempat latihan,” ujar pria yang akrab disapa Nal Inyiak itu. Fetrinaldi mendirikan sanggar tari berangkat dari keinginan untuk menggali bakat kesenian anak nagari. Dirinya menilai, sejumlah anak nagari memiliki potensi yang memadai dalam hal berkesenian, hanya saja tidak memiliki wadah yang bisa menampung potensi itu.
“Dalam dunia tari, Pitunggua itu bisa diartikan sebagai pijakan, kekuatan atau kuda-kuda. Boleh diartikan sanggar ini memberikan kekuatan bagi anak nagari untuk menorehkan prestasi,” tutur Nal Inyiak.
Saat pertama berdiri, hanya ada 2 hingga 7 orang anak yang mau ikut berproses di sanggar tarinya itu. Barulah setelah banyak terlibat di iven tari di tingkat kecamatan ataupun kabupaten. Lalu, memboyong sejumlah nomor, anak-anak mulai menggandrungi olah gerak tari tradisi dan kreasi ala Pitunggua Agam. “Pada dasarnya kami ingin berbuat untuk nagari, kami tidak patok harga saat itu, hanya saja ada iuran Rp5 ribu untuk sekali pertemuan, gunanya untuk keperluan latihan juga,” ujar Nal Inyiak.
Saat ini, di Sanggar Tari Pitunggua setidaknya terdapat 40 anak tari yang tengah berproses. Berasal dari latar belakang yang beragam. Dikatakan, ketika masih latihan di depan GOR Rang Agam, jumlah anak tari pernah mencapai 100 orang.
“Pernah sampai 100 orang, dimana latihannya hari Sabtu dan Minggu dibagi ke dalam dua shift. Kini, karena tempat latihan kecil, anak tari kami batasi hanya 40 orang,” ujar Nal Inyiak. Pada awal berproses dulu, kenangnya lagi, boleh dibilang Sanggar Tari Pitunggua Agam mempunyai momen yang cukup sulit untuk dilupakan. Pasalnya, tidak jarang hujan menghentikan proses latihan, lantaran tidak memiliki tempat latihan yang memadai.
Kondisi yang demikian tidak membuat Fetrinaldi dkk patah arang. Dirinya justru tertantang dan tidak mau kalah dengan keadaan. Alhasil, 11 karya sudah ditelurkan berkat kegigihannya itu. “Karya terakhir yang cukup membanggakan adalah Tari Saruang Denai, yang menjadi nomor 5 dari 200 penampilan terbaik dari 1652 karya yang diperlombakan dari rumah saat pandemi Covid-19 yang digelar Kementerian Ekononi Kreatif,” kata Nal Inyiak.
Disebutkan, Tari Saruang Denai bercerita tentang perjuangan bangkit dari keterpurukan. Menurutnya, tari tersebut cocok sekali dengan perjuangan bangkit dari situasi pandemi Covid-19. Kepiawaian dalam mengolah gerak dan musik juga dibuktikan dengan kerapnya Sanggar Pitunggua Agam memboyong juara di iven-iven bergengsi. Bahkan, sampai ke grand final ajang Sumbar Talenta yang digelar beberapa waktu lalu. “Paling berkesan adalah saat Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Kota Padang, kami tampil di acara tersebut dimana disaksikan langsung Presiden Jokowi,” ungkapnya.
Selain itu, juga tampil di sejumlah iven lintas provinsi. Seperti Apkasi Expo yang digelar di Banten, dan Sumbar Expo yang digelar di Medan. Eksistensi sanggar ini makin diakui setelah Amanda Cantika, penari cilik asuhan sanggar ini lolos dalam acara festival tari Internasional South Asean Dance Virtual 2020 yang diikuti 12 negara di dunia.
Cantika ikut dalam kategori anak, dimana Cantika lolos ke 15 besar di Indonesia dan masuk putaran seleksi kedua. Anak asuhan sanggar ini menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dari Sumbar yang berhasil lolos dalam festival tari bergengsi berkelas dunia tahun 2020. “Amanda Cantika ikut bersaing dengan para penari kategori anak-anak usia 10-17 tahun dalam festival Internasional South Asean Dance Virtual 2020, dengan dua tarian title tari Alang Babega dan Indang Manyentak yang meraih posisi ketiga setelah penari dari Jawa Barat dan Jakarta,” ungkap Fetrinaldi.
Kata Fetrinaldi, Cantika adalah satu contoh anak nagari yang mempunyai bakat dan talenta. Dirinya berharap akan lahir penari-penari yang akan mengharumkan Indonesia dan Agam khususnya. “Semoga akan ada lagi prestasi yang ditorehkan. Kami berharap dukungan dari banyak pihak, baik moril maupun materil, demi berjayanya seni tradisi Agam di kancah Internasional,” ujarnya. (pry)