Wabah virus corona (Covid-19) menjadi ujian yang sangat luar biasa bagi umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk umat Islam di wilayah Sumatera Barat. Salah satu ujiannya, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pemberlakuan PSBB semata-mata untuk mencegah keramaian dengan mengurangi aktifitas masyarakat di luar rumah dan mengajak untuk tetap berada di rumah untuk memutus mata rantai Covid-19. Semua kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan ataupun keramaian ditiadakan, termasuk kegiatan keagamaan.
Masyarakat khususnya umat Islam, diimbau untuk melaksanakan sholat di rumah masing-masing dan tak bisa lagi mengadakan pengajian bersama. Bahkan umat Islam yang biasanya sholat Jumat berjamaah di masjid, sekarang harus di rumah demi mencegah penularan virus corona untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Tentunya, hal itu merupakan cobaan yang cukup berat dari Allah SWT, baik terhadap anggota Polri terutama Bhabinkamtibmas dalam menegakkan aturan hukum, maupun kepatuhan masyarakat dalam mentaati aturan. Sebagaimana tertuang dalam UU No. 2 Tahun 2002, fungsi Polri tidak hanya penindakan, melainkan juga pencegahan melalui upaya persuasif yang dapat melibatkan semua lapisan masyarakat.
Permasalahan Covid-19 cukup kompleks, oleh sebab itu perlu kesabaran dari masing-masing pihak untuk dapat menahan diri, sabar dalam menghadapi cobaan yakni mengembalikan semua yang terjadi pada saat ini sebagai sebuah bentuk peringatan dini dari Allah SWT, bahwa kita ini tidak berarti apa-apa, kita ini lemah dan tidak berdaya tanpa perlindungan-Nya.
Jadikan musibah Covid-19 sebagai muhasabah diri bahwa manusia hanyalah makhluk biasa yang memiliki banyak kekurangan. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam (QS. At-Tagabun : 11) yang artinya “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscahya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Kata sabar memiliki makna yang cukup mendalam, karena kata-kata sabar selalu berteman dengan ikhlas. Klise sekali untuk diucapkan. Namun sifat ini memang sangat sulit untuk dipraktikkan di kehidupan nyata. Keikhlasan akan selalu diuji dengan kesemena-menaan. Selama kita masih menganggap ada ganjalan di hati, selama itu juga ikhlas terus terkikis. Ganjaran pahala pun melayang sia-sia. Hanya lelah yang tersisa.
Ketika cobaan dan masalah datang memberondong tiada henti, kadang rasanya hati tak akan sanggup menahannya. Tak jarang jiwa ikut terlarut dalam emosi, marah-marah, frustasi, menyalahkan diri dan bahkan kerap mencari celah untuk menyudutkan orang lain. Agar diri aman dari tuduhan. Bahkan banyak juga yang sampai menyalahkan takdir.
Sangat merugi bagi jiwa-jiwa yang tidak ikhlas dan sabar. Diperbudak hawa nafsu, dikendalikan syaitan. Hubungan dengan manusia akan rusak seiring dengan ego yang berkuasa. Berikutnya hubungan dengan sang Pencipta, Allah SWT sudah pasti akan melemah dan hancur. Apa lagi yang bisa kita banggakan, jika amarah menghancurkan semuanya?
Harus kemana kita berpijak, jika pemilik bumi murka?
Oleh karena itu, kita wajib mengetahui dan mempraktikkan sejumlah cara menjadi orang sabar dan ikhlas. Agar kita menjadi pribadi yang selalu lebih baik dari hari ke hari menuju kehidupan abadi.
Begitu juga kesabaran dalam menghadapi Covid-19 ini, janganlah diri kita mudah dipermudak hawa nafsu, menuruti kemauan sendiri sehingga menentang aturan yang sudah ditetapkan, umpama penerapan PSBB diwilayah ini, dengan mengutamakan alasan yang sangat klasik, demi mencari sesuap nasi, memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sementara disisi lain adanya ancaman kematian yang sangat mengerikan, yang kita tidak tahu dari mana sumbernya, karena ia begitu halus namun tajam sampai membawa ujung kematian.
Janganlah kita mudah marah ataupun benci ketika pemerintah menerapkan adanya suatu aturan, karena dengan adanya penerapan aturan, justru bertujuan demi menyelamatkan umat itu sendiri dari kehancuran dan kematian, karena mentaati ulil amri merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi setiap umat muslim, jadilah kita umat yang dikasih sayang Allah SWT, dengan menjadikan pribadi yang baik dan disukai Allah dan makhlukNya.
Selaku Pimpinan Polda Sumbar saya berharap kepada kita semua menjadikan musibah Covid-19 adalah garis takdir dan desain Allah menata keimanan, merekonstruksi ketakwaan setiap manusia bahwa ada kekuasaan mutlak di atas dunia ini.
Oleh sebab itu mari kita senantiasa bersabar menghadapinya, saling bahu membahu mengatasi permasalahan terjadi, agar wabah virus Covid-19 di daerah Sumatera Barat ini dapat kita atasi secara bersama-sama, seperti pepatah adat kita menyatakan “Bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat, sadancing bak basi, saciok bak ayam, ka bukik samo mandaki, kalurah samo manurun, tatungkuik samo makan tanah, tatalintang samo makan angin, barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang”.
Harapan saya mudah-mudahan penanganan virus Covid-19 di tengah masyarakat Minangkabau tidak terjadi gesekan-gesekan antara petugas yang menjalankan amanahnya, maupun terhadap masyarakat yang mau mematuhi aturan, semoga Allah SWT melindungi kita semua dari cobaan ini. (**)















