BUKITTINGGI, METRO
Nasib memilukan dialami pasangan suami istri Danang Sauri (27) dan Diana Hendri Rahayu (26), warga Kelurahan Tarok Dipo, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi. Mereka ditolak salah satu rumah sakit di Kota Bukittinggi saat hendak me lahirkan.
”Untung saja di tengah perjuangan menanti calon bayi tersebut ada bidan yang mau menyelamatkan istri saya bersama bayi yang di kandungnya,” kata Danang Sauri Suami, Jumat (1/5).
Dia menuturkan, kejadian ini berawal pada Rabu (29/4) sekitar pukul 00.00 WIB. Istrinya yang sedang hamil anak pertama tengah merasa sakit sperti orang ingin melahirkan. Dia membawa istrinya ke bidan terdekat di dekat rumah, namun bidan tersebut tutup.
”Selanjutnya kami ke Puskesmas Tengah Sawah, namun tidak juga dibuka. Lalu kami ke rumah sakit swasta terdekat. Sesampai di rumah sakit istri disuruh masuk oleh tim medis. Tim medis meminta buku, KIA (kartu ibu dan anak) dan perlengkapan lainnya,” katanya.
Namun karena tidak istrinya disebut belum melahirkan, dianjurkan dibawa ke rumah sakit lain. Karena rumah sakit tidak memiliki alat kelengkapan persalinan dan rumah sakit yang dirujuk lebih lengkap peralatan. Selain itu, kamar juga sedang penuh.
”Kami diminta pindah dengan alasan rumah sakit sedang siaga corona dan kalau memang memaksa kami tidak bisa melayaninya. Merasa bingung dengan pernyataan tim medis tersebut istri saya yang pada saat itu hanya berdua dengan mertuanya lalu pergi keluar rumah sakit. Walaupun menahan sakit, istri saya tetap bertahan berjalan kaki ke rumah kontrakanya sekitar 2 KM” katanya.
Sesampai di kontrakan, katanya, sakit yang diderita istrinya semakin menjadi. Air ketuban istri sudah keluar seperti orang akan melahirkan. “Istri saya mencoba istirahat, namun rasa sakit tersebut tidak kunjung hilang. Mungkin tuhan memberikan jalan lain, maka pada malam itu ada tentangga yang menunjukan untuk dibawa ke bidan di Pintu Kabun,” katanya.
Saat sampai di sana, Yenni Fitri, pengelola rumah bersalin bidan praktik swasta di Jalan Kinantan Bukik Ambacang menyebutkan langsung melakukan pertolongan. “Setelah ditangani, akhirnya istri saya melahirkan dengan selamat pada malam itu.” katanya.
Yenni Fitri mengaku sudah biasa didatangi oleh ibu hamil yang darurat akan segera melahirkan. Apalagi ia tidak tega menolak pasiennya dalam kondisi apapun. Namun, dia sedapat mungkin tetap melakukan praktik sesuai dengan protokol kesehatan penanganan covid-19. Seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Katanya, kelahiran bayi hanya beberapa menit dari kedatanan sang ibu dan akhirnya pukul 01.50 WIB lahir bayi laki-laki sehat dengan berat 3 Kilogram dan panjang 40 CM. “Saya mengusulkan nama bayi Ramadhan, karena lahir di bulan Ramadan. Cuma sehari di sini, setelah itu pulang,” katanya. (pry)