Polisi mengawal Depot Pertamina Bungus Padang, pascadiserang orang tak dikenal.
PADANG, METRO–Selama 20 jam operasional Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Bungus Teluk Kabung, terhenti—setelah ada konflik dan penyerangan yang dilakukan warga Bungus, Selasa (7/6) siang. Rabu (8/6) sekitar pukul 11.00 WIB, di bawah pengawalan aparat kepolisian bersenjata, depot Pertamina kembali beroperasi.
Penyerangan terhadap depot Pertamina Bungus ini berimbas terhadap stok BBM di sejumlah SPBU di Sumbar sekitar 10 hingga 20 persen. Setelah mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan dari Polda Sumbar dan menindaklanjuti laporan proses hukum dugaan pengeroyokan terhadap Head Operation (HO) TBBM, Muklis Dalimunthe, oleh oknum preman, Pertamina kembali mengoperasikan depot Pertamina Bungus, kemarin.
Pantauan POSMETRO, di area Terminal TBBM Teluk Kabung, ratusan polisi bersenjata lengkap berjaga di pintu masuk utama. Mobil pengendali massa juga dan juga mobil public addrees terlihat di lokasi. Sementara itu, di luar area TBBM, terlihat puluhan pemuda masyarakat masih tetap bertahan.
Di dalam area pengisian BBM, truk pengangkut BBM terparkir rapi. Selain itu, petinggi dari kepolisian mengadakan pertemuan tertutup di dalam kantor TBBM. Sekitar pukil 11.00 WIB, setelah diumumkan kembali beroperasi satu persatu truk pengangkut BBM mulai memasuki area terminal BBM.
General Manager Marketing Operation Pertamina Region 1 Sumbagut, Romulo Hutapea, mengatakan setelah ada jaminan dari kepolisian, TBBM Pertamina Bungus Teluk Kabung, kembali dioperasikan. ”Setelah hampir 20 jam terhenti, TBBM Pertamina Bungus Teluk Kabung, pukul 11.00 WIB sudah mulai beroperasi. Hal ini karena adanya jaminan dari kepolisian Sumbar,” sebut Romulo kepada wartawan.
Romulo Hutapea mengungkapkan, jaminan keselamatan dari kepolisian itu, adanya personel polisi yang bersiaga melakukan pengamanan dan patroli di sekitar lokasi, dan juga mengawal minyak tersebut sampai pada tujuan. “Selain itu, kita juga meminta pada kepolisian untuk menindak lanjuti kasus pengeroyokan terhadap anggota kita dengan proses hukum yang berlaku. Tidak ada mediasi, kompromi dan tidak ada damai,” tegas Romulo.
Sementara itu, Head Operation TBMM Teluk Kabung Muklis Dalimunthe, sejak terhentinya pengoperasian itu, sejumlah SPBU di Sumbar kehabisan stok. “Sejak dihentikan pengoperasian beberapa SPBU di Sumbar habis persediaan BBM. Sedangkan BBM menumpuk sekitar 2.000 kiloliter BBM premium dan bio solar. Dan, sekarang sudah bisa tersalurkan,” katanya.
Setelah beroperasi kembali, pengisian tangki BBM di terminal sudah dilakukan dan diprioritaskan untuk BBM Avtur kebutuhan pesawat di bandara dan dilanjutkan BBM ke SPBU, dan hingga sore nantinya, pasokan minyak ke SPBU akan kembali normal.
Terpisah, Kapolresta Padang AKBP Chairul Aziz menambahkan atas perintah Kapolda Sumbar, pihaknya mengerahkan 320 personel yang tergabung dari Brimobda Polda Sumbar dan Sabhara Polda Sumbar dibantu Dalmas Polresta Padang, sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
”Kita lakukan pengamanan di lokasi ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. TBBM merupakan objek vital nasional yang harus dijaga. Pengamanan yang kita lakukan berupa patroli serta mendampingi mobil tangki menyalurkan minyak ke bandara,” kata Chairul.
Karo Ops Polda Sumbar Kombes Pol Subnedih, mengungkapkan kasus dugaan penganiayan dilakukan oknum preman, bukan mengatasnamakan masyarakat. Dan korban sudah membuat laporan ke Polda Sumbar. “Untuk pengamanan, Polda juga membantu Polresta Padang hingga situasi kembali kondusif. Untuk beberapa hari ini personel ditempatkan di TBBM. Untuk laporan penganiayaan sudah diteruskan ke Ditreskrimum,” ungkapnya.
Warga Tidak Ingin Anarkis
Sementara itu, Nurfachri (56) masyarakat setempat meminta pihak Pertamina untuk segera menyelesaikan persoalan yang ada, dengan cara melakukan pertemuan, tidak perlu mendatangkan ratusan polisi untuk berjaga.
”Kami tidak ada demo, kami hanya ingin ada pertemuan. Di sini itu manusia semuanya bukan binatang. Dan kebijakan mereka itu, membuat banyak masyarakat sini kehilangan mata pencarian,” ujarnya.
Hal senada diungkap Edi (35). Ia mengatakan, sebaiknya hal seperti ini bisa dibicarakan dengan mengadakan pertemuan, karena bagaimanapun juga masyarakat disini juga banyak bergantung hidup kepada pertamina.
”Pertamina jangan membuat kebijakan tanpa memikirkan masyarakat, ini masalah perut. Kami di sini tidak ingin melakukan tindakan anarkis. Kami hanya ingin dilakukan pertemuan, agar persoalan ini bisa diselesaikan,” pungkasnya.
Pasokan BBM Menipis
Sementara itu, setelah dihentikannya operasional TBBM Bungus selama 20 jam, pasokan BBM di sejumlah daerah mulai menipis. Di Pasaman Barat (Pasbar), premium dan solar berpotensi langka selama satu hari.
”Untuk sementara ini, belum ada kejelasan dari pihak Pertamina,” kata Pengawas SPBU 14.263.578 Batang Lingkin, Santoso, Rabu (8/6).
Dikatakan Santoso, untuk mengantisipasi kelangkaan BBM, pihak SPBU tidak akan melayani pembelian BBM dengan jeriken. Di SPBU 14-263.578 Batang Lingkin, penjualan BBM per hari, untuk premium berkisar 16 ton dan solar 10 ton.
”Stok premium masih ada 30 ton, karena minyak baru masuk dua hari lalu. Diperkirakan stok premium bisa untuk satu hari ke depan.ý Sedangkan stok solar 29 ton,” tutur santoso.
Sedangkan di Pesisir Selatan (Pessel), Rabu (8/6) beberapa SPBU terlihat seperti. Seperti di SPBU Sago, Kecamatan IV Jurai. Tidak ada antrean, karena sejak Rabu siang, stok BBM sudah mulai habis.
Staf Leader SPBU Sago, Dewi mengakui, terhentinya pengoperasian serta pendistribusian BBM dari TBBM Bungus Teluk Kabung, berimbas dengan ketersediaan premium dan solar di SPBU Sago. ”Premium sudah habis, Rabu ini. Jika sampai Rabu malam, tidak ada truk tangki masuk, dipastikan SPBU tutup,” katanya.
Menurutnya, kebutuhan konsumen dan penampungan BBM di SPBU Sago mulai dari premium, solar dan pertamax harus jalan setiap hari. Sebab, kebutuhan kosumen di SPBU Sago cukup tinggi per hari.
”Satu hari harus ada premium 2 tangki, solar (1 tangki). Kalau tidak, terpaksa tutup,” tambahnya. (rg/end/m)