Sebuah bangunan pasar roboh di Pesisir Selatan, karena guncangan gempa Kamis (2/6) pagi.
PESSEL, METRO–Gempa bumi 7,9 Skala Richter pada 30 September 2009 yang menewaskan 1.117 orang, masih membekas dan memberi rasa takut bagi sebagian besar masyarakat Sumbar. Ketakutan akan tsunami dan rumah dan bangunan yang ditempati akan runtuh itu, menyebabkan kepanikan luar biasa saat gempa itu kembali datang, Kamis (2/6) pukul 05.56 WIB.
Gempa berkekuatan 6,5 SR menggoyang wilayah Pesisir Selatan (Pessel), tepatnya di 2.16 Lintang Selatan dan 100.70 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 72 kilometer. Gempa Pessel ini dirasakan oleh warga Kota Padang, Mentawai, Solok, Padangpanjang, Agam, Limapuluh Kota, hingga Muko-Muko, Bengkulu.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan, gempa berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang wilayah barat daya Pesisir Selatan, dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng Hindia Australia dan lempeng Eurasia di zona benioff bagian atas.
”Posko BNPB telah menganalisis guncangan gempa dari BMKG, USGS, dan GDAC,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya,
Dijelaskan, berdasarkan peta guncangan gempa atau gempa dirasakan dari BMKG, maka intensitas gempa dirasakan di Solok, Painan, Mukomuko IV-V MMI (II SIG BMKG); Kepahiang, Padangpanjang III-IV MMI (II SIG BMKG); Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota III MMI (II SIG BMKG).
SIG adalah Skala Intensitas Gempabumi yang dibuat oleh BMKG sesuai dengan kondisi Indonesia. II SIG berarti dirasakan banyak orang tetapi tidak menimbulkan kerusakan. Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar.
Sedangkan, berdasarkan analisis guncangan gempa dari USGS (Badan Geologi Amerika) di Pesisir Selatan berintensitas VI MMI (kuat), sedangkan di Mukomuko IV MMI (sedang). Potensi kerusakan akibat gempa hanya ringan.
Sementara itu, berdasarkan analisis dari Global Disaster Alert and Coordination System, guncangan gempa berintensitas VI MMI (kuat) di Desa Gati Kabupaten Pesisir Selatan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa ringan.
”Hal ini disebabkan gempa yang terjadi adalah gempa dengan kedalaman menengah, di mana ciri gempa kedalaman menengah spektrum getarnya luas, namun tidak menimbulkan kerusakan yang masif,” katanya.
Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, di Pessel, terdapat 14 korban luka dan 11 rumah rusak di Kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Air Haji Tengah. Sedangkan di Kota Padang, ada 2 korban luka karena melompat dari lantai dua, saat gempa berguncang. Panik dan takut membuat korban nekat melompat. Sedangkan, satu warga tewas 30 menit setelah gempa.
”Saya tengah tidur di lantai dua rumah sepupu di Perumahan Pondok Permai, Gaduik, Kecamatan Lubukkilangan. Tiba-tiba saya merasakan tempat tidur bergoyang, awalnya lambat kemudian sangat keras. Terdengar bunyi yang membuat saya sangat takut,” ungkap Rozi Imuvel Ayunda (22), saat dijumpai di RSUP M Djamil Padang.
Takut dan cemas membuat pemuda ini langsung berlari keluar kamar. Nahas, saat berusaha menyelamatkan diri, korban malam terpeleset dan langsung jatuh. Di bawahnya ada pagar rumah, dada saya tertancap di pagar dan kedua telapak tangan saya,” kata Rozi, yang awalnya dilarikan ke Semen Padang Hospital, dan akhirnya dirujuk ke RSUP M Djamil. Dari hasil rontgen luka korban cukup dalam tapi tidak sampai melukai organ vitalnya.
Nurhammah (37), tante Rozi mengungkapkan, jika keponakannya itu tidur bertiga. Rozi panik saat gempa dan langsung turun dari kanopi. ”Alhamdulillah, Rozi sekarang masih dalam keadaan sadar dan bisa diajak berbicara. Rencananya, Rozi akan dioperasi. Ia bilang ada nyeri di bagian bawah dadanya,” terangnya.
Selain Rozi, satu pasien lain juga dirawat, Geby Samantha (21), mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Korban terluka setelah tertimpa temannya yang jatuh dari lantai dua rumah kos di Kampung Duri Kapalo Koto, Limaumanih, Kecamatan Pauh.
Selain itu, satu orang warga Alfianfri (17), mengalami luka pada wajah akibat menabrak kaca jendela ketika lari menyelamatkan diri pada saat gempa, di kantor Pemuda Lapau Munggu, Kecamatan Kuranji. Korban mengalami luka-luka pada wajah, dan dirawat di RS Siti Rahmah.
Meninggal
Selain tiga korban luka, Awaluddin (80), warga Kelurahan Lolong Belanti, Kecamatan Padang Utara, meninggal dunia sekitar 30 menit pascagempa. “Saat gempa, kami sempat mengevakuasi ayah ke luar rumah. Namun, sekitar 30 menit setelah gempa, ayah sudah tiada,” kata anak kedua korban Armilawati (50).
Arnilawati, menyebutkan ayahnya menderita penyakit stroke dan jantung. Sebelum meninggal dunia, ayahnya masih menyuap makanan dua kali, ditemani ibunya. “Setelah makan ayah duduk di atas kursi rodanya. Namun tiba-tiba ayah sudah diam saja, ketika diraba kaki dan tangannya sudah dingin, ternyata ayah sudah meninggal,” ujarnya.
Rumah Warga Rusak
Hingga kemarin siang, kondisi di pusat gempa Pessel masih aman. Kalaksa BPBD Pessel Pri Nurdin menyebut, kerusakan terparah terjadi di Lengayang dan Linggo Sari Baganti. Sedangkan, dua orang dirawat di RSUD M. Zein Painan. Dua korban yang dirawat di rumah sakit, yakni Doni dan Leonardi Pradana.
”Kerugian materil belum bisa dipastikan. Sekarang, petugas masih melakukan pendataan kerusakan bangunan dan rumah warga. Tidak ada korban jiwa, hanya dua orang dirawat karena luka,” ungkap Pri Nurdin.
Terpisah, petugas Surveilens dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Kejadian Luar Biasa Dinkes Pessel Ratih Pramurti, mengatakan ada sembilan korban terluka akibat gempa dan kini dirawat di beberapa Puskemas serta RSUD.
Dua orang dirawat di RSUD dr M Zein, yakni Doni (23), luka di telapak kaki akibat terkena pecahan kaca saat berlari keluar ketika gempa. Namun, ia kini sudah diizinkan pulang.
”Korban kedua adalah Leonardo Pradana (17), warga Salido. Korban mengalami luka pada telapak kaki sebelah kiri,” ungkap Ratih.
Kemudian terdapat juga korban yang dirawat di Kecamatan Lengayang bernama Winarti (35) dengan kondisi luka berat. Berikutnya, Susi (5) dan Raka (3,5) yang menderita luka ringan. “Mereka dirawat di Puskemas Kambang. Korban gempa Puskesmas Air Haji satu orang bernama Inang Ujang (45). Baru itu yang kita dapat informasi,” ujar Ratih.
Solok Aman
Sementara itu, belum ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa akibat gempa Pessel di Solok, Kamis (2/6) pagi. Namun guncangan yang sangat terasa keras pagi itu, sempat membuat masyarakat panik.
Kalaksa BPBD Kota Solok Ori Afilo mengaku, belum ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa. Dan, untuk memastikan dampak gempa bumi, petugas BPBD telah melakukan pengecekan ke sejumlah titik rawan.
Kondisi yang sama juga disampaikan Kalaksa BPBD Kabupaten Solok, Abdul Manan. Menurutnya sejauh ini belum ada laporan dari masyarakat terkait adanya kerusakan bangunan maupun korban jiwa. ”Tidak ada laporan maupun ditemukan kerusakan bangunan akibat gempa yang juga terasa di Kabupaten Solok,” ujarnya.
Gempa yang terasa cukup kuat dirasakan oleh masyarakat di Kota Solok maupun di Kabupaten Solok memang sempat membuat panik. Masyarakatpun berhamburan keluar rumah. Namun demikian aktivitas masyarakat tetap berjalan normal meski merasa khawatir akan terjadi gempa susulan.
Mengungsi ke Bukit
Sementara itu, kepanikan juga dirasakan masyarakat Mentawai. Pantauan POSMETRO di Pulau Sipora Utara, Tuapejat, gempa membuat warga yang tinggal di sepanjang pesisir pantai berlarian keluar rumah dan mencari tempat perlidungan ke tempat ketinggian.
”Gempanya cukup kuat, kami semua keluar. Warga yang tinggal di pantai sebagian sudah lari ke bukit,” ujar Ernita Saogo, warga Sipora.
Jaidil (35), warga Sikakap mengaku, goncangan dirasakan di Pulau Sikakap. Warga juga banyak yang pergi ke bukit untuk mengungsi. ”Jika ada gempa besar, kami pasti sudah pergi ke arah bukit,” katanya. (rg/g/vko/s/m)
