Tidak Ada Pembatalan
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Syaiful Bahri, yang bertindak sebagai Sekretaris Umum Panitia Pelaksana Penas Tani dan Nelayan XVI menanggapi informasi pembatalan tersebut dengan ’tertawa kecil’. Lalu, ia pun membantahnya.
“Tidak ada pembatalan. Kota Padang tetap sebagai penyelenggara,” kata Syaiful Bahri kepada koran ini dengan santai.
Menurutnya, sampai saat ini belum ada satu surat pun yang sampai kepadanya yang menyatakan pembatalan Padang jadi tuan rumah. Panitia juga telah melakukan berbagai persiapan. Bahkan ia mempresentasikan, persiapan yang telah dilakukan sudah mencapai 60 persen.
Mulai dari persiapan lokasi acara, lahan yang akan ditanami dan tempat menginap para peserta Penas Tani dan Nelayan. Dijelaskannya, saat ini lokasi acara sudah disiapkan di samping Balaikota Aiapacah Padang.
Saat ini, lahan sedang didatarkan. Sementara untuk lahan yang akan ditanami buah buahan serta padi hanya tinggal memunggu penanaman saja.
Khusus untuk penginapan para peserta, jumlah rumah masyarakat yang telah disiapkan adalah untuk 48 ribu peserta.
“Kita sudah siapkan semua. Sudah 60 persen. Kalaupun dibatalkan, pasti ada formalitas pembatalan itu. Saya belum terima,” katanya.
Amasrul: Saya Sedang di Pusat untuk Pemantapan Penas
Terpisah, Sekretaris Daerah Kota Padang Amasrul, mengaku tidak mengetahui tentang kabar pembatalan Kota Padang sebagai tuan rumah Penas Tani dan Nelayan 2020 nanti. Amasrul yang dihubungi koran ini kemarin mengaku sedang berada di Jakarta untuk pemantapan persiapan acara tersebut.
“Saya tidak tahu kabar itu. Saya sedang berada di pusat sekarang dalam rangka pemantapan persiapan Penas Tani dan Nelayan,” kata Amasrul singkat.
Amasrul enggan berkomentar banyak. Ia juga mengaku tidak mengetahui surat gubernur Sumbar yang membatalkan agenda nasional itu.
“Saya tak tahu,” katanya.
Untuk diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggiatkan pertukaran inovasi antar petani, diantaranya dengan secara rutin memfasilitasi gelaran Penas Tani dan Nelayan. Esensi Penas sebagai ajang pertukaran inovasi dan teknologi antara petani, tidak hanya terjadi tiga tahun sekali, tapi bisa terjadi setiap saat.
Penas merupakan proses pembelajaran dari petani, oleh petani, dan untuk petani. Kami berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbantan) untuk pesiapkan teknologi dan inovasi yang akan diperagakan nanti. Semua (teknologi.red) ini akan dilihat langsung oleh petani. Petani secara otomatis akan mereplikasi kalau memang teknologi itu aplikatif,”kata Momon.
Kegiatan Penas merupakan kegiatan rutin setiap tiga tahun sekali. Digagas oleh para tokoh tani dan nelayan sejak tahun 1971, kegiatan Penas diharapkan bisa menjadi wadah pertemuan para tani dan nelayan dan petani hutan untuk saling mengisi dan memperkuat kepemimpinan agribisnis sektor pertanian dan perikanan. (tin/fan)