Tidak hanya komunitas sepeda motor yang mulai meninggalkan Premium. Komunitas Mobil Indonesia Starlet Club (ISC Padang) juga melakukan hal yang sama. Memiliki mobil yang terbilang sudah tua, para member ISC lebih memilih Pertamax untuk menjaga performa mesin mobilnya.
Rachmat Syahputra misalnya. Ia lebih mengutamakan kendaraannya menggunakan Pertamax ketimbang Premium. Bagi Amenk sapaan akrabnya, ia dan teman-temannya di ISC Padang lebih mengutamakan menggunakan BBM yang berkulitas lebih menguntungkan, meskipun biaya saat membelinya lebih mahal, namun jangan kaget kalau menggunakan pertamax bisa lebih irit ketimbang premium walaupun volume liternya lebih sedikit.
“Kemarin itu, kami pernah iseng-iseng menguji penggunaan Premium, Pertalite, dan Pertamax. Sama-sama diisi Rp 100 ribu. Setelah kami uji, ternyata dengan jarak tempuhnya sama, Pertamax lebih irit, meskipun secara liternya lebih sedikit. Kalau Premium dan Pertalite memang liternya lebih banyak, tapi lebih boros,” ujarnya.
Selain manfaat dari sisi kinerja mesin, mobil mereka anggap sebagai aset yang harus dirawat karena digunakan secara jangka panjang dan juga digunakan saat bersama keluarganya. Amenk tidak menampik bahwa Premium memang berdampak buruk terhadap kinerja kendaraan bermotor. Apalagi, jika dipaksa digunakan untuk perjalanan jarak jauh.
“Kalau pakai Premium, ruang bakar lebih kotor dan akselerasi lebih lambat. Hal ini bertolak belakang dengan BBM oktan 92. Bahkan, penggunaan BBM RON tinggi tersebut, ternyata juga lebih irit. Beberapa anggota sudah pernah menghitung,” ungkap Amenk.
Amenk juga berpesan, peratawan mobil itu tidak murah, tapi cukup menguras isi dompet apalagi yang sampai rusak adalah mesinnya. Tetapi dengan pemilihan penggunaan BBM yang sesuai dengan mesin akan sangat membantu terjaganya kondisi kesehatan mobil. “Jika menggunakan BBM yang tidak sesuai, mesin akan cepat rusak. Biaya untuk perawatan mesin sangat mahal,” pungkasnya. (*)