PADANG, METRO – Berbagai program yang sudah dijalankan untuk mencegah penyakit menular dan tidak menular di tengah-tengah masyarakat belum membuahkan hasil yang maksimal. Pasalnya, dari tahun ke tahun jumlahnya tak kunjung turun. Dari hasil penelitian, terungkap salah satu penyebebnya akibat tidak diterapkannya perilaku hidup bersih dan sehat.
Hal itu diungkap Ketua Tim Peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unand, Kamal Kasra ketika ditemui saat seminar Model Intervensi Promosi Kesehatan, di salah satu hotel di Kota Padang, Rabu (4/12) siang. Menurutnya, masalah kesehatan sudah seharusnya menjadi perhatian bersama dan tentu harus ada upaya yang betul-betul tepat sasaran untuk merubah perilaku yang belum sehat menjadi perilaku hidup sehat.
“Sekarang sudah ada gerakan dari Indonesia, mulai dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), PIS PEKA (Program Indonesia melalui Pendekatan Keluarga), tetapi hasilnya sampai saat ini belum maksimal. Padahal, tujun dari ketiga program tersebut bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat supaya berpola hidup sehat,” kata Kamal.
Terkait pentingnya penerapan pola hidup sehat, Kamal menjelaskan, penerapan itu akan membut penyakit hilang dan tubuh terhindar dari penyakit. Terutama, terutama penyakit yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat sendiri.
“Contoh perilaku tidak sehat misalnya, tidak suka makan sayur dan buah, atau tidak biasa cuci tangan pakai sabun. Atau tidak biasa menimbang bayinya, sehingga tidak tahu anak sudah mengalami gizi buruk. Padahal, rutin menimbang bayi membuat kita mengetahui perkembangan anak,” ungkap Kamal yang juga Dosen FKM Unand ini.
Selain itu, Kamal menambahkan, seminar Model Intervensi Promosi Kesehatan, merupakan penelitian kesehatan kerjasama FKM Unand dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Dari kegiatan ini, akan menghasilkan solusi terkait mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
“Tujuannya, kita ingin tahu seberapa jauh perilaku masyarakat itu. Sudah baik kah atau memang belum, kalau memang sudah baik, kok bisa baik. Artinya, kalau sudah biasa dia menimbang balitanya setiap bulan atau sebaliknya kalau belum, kenapa,” ungkap Kamal.
Kemal menuturkan, daerah penelitian yang ditunjuk merupakan Kabupaten Dharmasraya. Penunjukan ini lantaran di Kabupaten Dharmasraya, Germas nya dinilai sudah cukup baik, karena sudah menyasar nagari-nagari, tetapi hasilnya belum diketahui.
“Alhamdulilah, hasilnya cukup bagus. Pengetahuan masyarakat sudah luar biasa. Masyarakat sudah tahu penting makan sayur dan buah, penting menimbang (balita). Tapi yang jadi persoalan sikapnya belum mengarah kepada pola hidup sehat dan menerapkannya,” jelas Kamal.
Persoalan sikap ini sambung Kamal, karena masyarakat di sana belum sepenuhnya menyadari bahwa menimbang balita, imunisasi, dan sebagainya dilakukan karena keterpaksaan atau dari orang lain, bukan dari kesadaran diri sendiri.
“Oleh sebab itu, model intervensi ini dilakukan untuk mengetahui celahnya ada apa di masyarakat. Seminar disampaikan kepada petugas promosi kesehatan kabupaten/kota untuk menyempurnakan model intervensi ini termasuk juga lintas perguruan tinggi, lintas program terkait,” ungkapnya.
Kamal mengakhiri, kegiatan ini juga diharapkan tercipta sebuah model dan mencarikan solusi seperti yang cocok di masyarakat. Masukan dari para peserta sekitar 40 orang, juga dibutuhkan agar model intervensi ini lebih maksimal.
“Kalau menimbang balita, petugasnya bisa kesehatan ibu dan anak, kemudian ASI eklusif, disamping bidan juga diperlukan ilmu gizi supaya tahu kenapa anak itu harus imunisasi, kalau ibunya tahu tentang ilmu gizi, anaknya akan bela belain untuk tetap ASI ekslusif,” pungkasnya. (rgr)