PADANG, METRO – Untuk mengelola resiko keselamatan, Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I gencar melatih dan meningkatkan pemahaman pekerja. Diantaranya melalui pelatihan Defensive Driving di Integrated Fuel Terminal Teluk Kabung dan pelatihan Safetyman SPBU di Kantor Cabang Pertamina Padang.
Unit Manager Comm, Rel & CSR Pertamina MOR I, Roby Hervindo mengatakan, mengemudikan mobil tangki Pertamina, tidak semudah mengendarai mobil lain pada umumnya. Ukurannya yang jumbo, membutuhkan keahlian khusus. Muatannya yang mudah terbakar, menuntut kewaspadaan tinggi dan pemahaman prosedur keselamatan. Belum lagi kondisi jalan yang tak semua mulus. Jarak tempuh yang bisa mencapai 370 km.
“Faktor-faktor tersebut membuat potensi bahaya dan kecelakaan pada pengoperasian mobil tangki menjadi tinggi. Atas dasar itulah, kami bekerja sama dengan Indonesia Defensive Driving Center (IDDC) dalam pelatihan Defensive Driving. Kepada para awak mobil tangki (AMT), diajarkan cara berkendara yang baik serta melatih teknik defensive driving,” ungkap Roby Hervindo.
Roby menjelaskan, pelatihan tersebut bertujuan meminimalisir dan mengantisipasi risiko kecelakaan lalu lintas. Diikuti oleh 10 AMT skidtank pengangkut elpiji, 5 AMT mobil bridger pengangkut avtur dan 10 AMT mobil pengangkut BBM. Berkat serangkaian pelatihan dan sosialisasi, angka insiden transportasi AMT mengalami penurunan signifikan. Tahun ini tercatat 17 insiden, turun dari tahun lalu sebanyak 30 insiden.
“Kita berharap pelatihan-pelatihan ini dapat melahirkan budaya safety di lingkungan kerja, baik bagi AMT maupun petugas SPBU. Jika telah menjadi budaya yang melekat di setiap pekerja, maka setiap tindakan yang dilakukan akan terus mengedepankan aspek safety. Serta menjadi insan yang tanggap dalam menanggulangi insiden,” jelas Roby.
Sementara itu, di Kantor Cabang Pertamina Padang juga diadakan pelatihan Safetyman SPBU. Diikuti oleh 74 petugas SPBU, pelatihan ini bertujuan agar petugas SPBU dapat lebih handal dan terlatih mengantisipasi potensi bahaya pada saat proses penerimaan, penimbunan, sampai dengan penjualan BBM ke konsumen.
“Peserta dilatih untuk antisipasi penyelamatan lebih cepat jika terjadi insiden. Melalui identifikasi awal, melakukan pencegahan dan memitigasi potensi bahaya yang mungkin ada di lingkungan SPBU. Serta bersikap proaktif dalam penanggulangan keadaan darurat dalam skala kecil guna mencegah agar kejadian tersebut tidak membesar,” jelas Analyst Planning & Evaluation MOR I, Ruli Handoko, selaku instruktur pelatihan. (rgr)