PADANG, METRO–Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Padang makin mengkhawatirkan. Dalam rentang waktu tiga hari saja, sudah dua pelajar meninggal dunia. Sabtu (12/3), Aulia Rahmi (12), menghembuskan napas terakhir di ruang HCU RSUP M Djamil Padang. Nyawanya sudah tak tertolong lagi.
Sebelum Aulia, pada Kamis (10/3), pelajar kelas VII SMP, Viona Korasaki juga meninggal dunia karena DBD. Kedua pelajar ini sama-sama tinggal di kawasan Jalan Abdul Muis RT 03/RW 05.
Pejabat Pemberi Informasi RSUP M Djamil, Gustavianof membenarkan kalau ada satu orang lagi warga Jalan Abdul Muis, Aulia Rahmi (12), meninggal dunia pada Sabtu, sekitar 12.30 WIB di ruang HCU. Meski begitu, ia enggan memberi informasi tentang diagnosa pasien tersebut, karena menurutnya yang berwenang memberitahu diagnosa penyakit adalah dokter yang menangani pasien dan pihak keluarga.
Selain Aulia dan Viona yang sudah meninggal dunia, satu warga Jalan Abdul Muis Nomor 30B, RT 03/RW 05, yakni Latifa Rosita (5), juga dirawat di ruang HCU anak di RSUP M Djamil. Latifa merupakan salah satu warga yang tinggal tidak beberapa jauh dari rumah dua rumah korban DBD yang meninggal dunia.
Saat ditemui di rumah sakit, kemarin, kondisi Latifa sangat lemah. Tubuhnya dipenuhi selang dan menggunakan infus.
Ayah Latifa, Asril mengatakan anaknya dirawat di ruang HCU Anak RSUP M Djamil, sejak Sabtu (13/3) sore. Kondisi putrinya terus melemah, sebelumnya sempat keluar darah dari dubur.
Menurut Asril, putrinya panas tinggi pada sejak Kamis (10/3), tepat dihari kematian Viona Korasaki. Pada saat itu, orang tuanya melarikan Latifa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP M Djamil. ”Setelah diperiksa di IGD kata dokter anak saya hanya demam biasa lalu diberi obat dan disuruh pulang,” ujar Asril saat ditemui di ruang HCU.
Keesokan harinya, suhu badan anaknya kembali tinggi, lalu ia bawa ke Puskesmas Andalas. Di Puskesmas Andalas, dilakukan pemeriksaan darah. Namun, hasil pemeriksaan lagi-lagi disebutkan hanya demam biasa dan diberi obat. Sesampai di rumah, lanjut Asril kondisi anaknya semakin lemah bahkan tidak mau makan dan minum.
Hingga Sabtu sore, pada saat buang air besar terlihat darah segar keluar dari dubur anaknya. Wajah putrinya saya sudah sangat pucat. Melihat kondisi tersebut, saya bawa Latifa ke Rumah sakit Yos Sudarso. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter di rumah sakit tersebut, Latifa Rosita positif DBD.
”Karena kondisi Latifa yang sudah kritis, pihak rumah sakit Yos Sudarso merujuk Latifa ke RSUP M. Djamil. Saat ini kondisi anak saya sangat lemah, tapi saya tetap berdoa semoga masih bisa diselamatkan,” harap Asril.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Eka Lusti mengatakan, berdasarkan hasil survei petugas Puskesmas Andalas di Jalan Abdul Muis, Jati Baru, Kecamatan Padang Timur, diketahui jentik nyamuknya positif DBD. Oleh sebab itu, Sabtu (12/3), petugas melakukan fogging/pengasapan di daerah endemik DBD tersebut.
Meski telah dilakukan pengasapan, menurut Eka Lusti hal terpenting yang harus dilakukan masyarakat untuk memutus mata rantai nyamuk aedes aegypti adalah melalui 4M, yakni menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, menutup tempat penampungan air dan memantau semua wadah air yang bisa menjadi tempat jentik nyamuk.
”Fogging tetap kami lakukan tapi yang terbaik itu adalah pencegahan melalui 4 M, karena sampai saat ini belum ada vaksinasi untuk mencegah DBD,” ulas Eka.
Ia menambahkan pada 2016, penyakit DBD cenderung mengalami peningkatan tidak hanya di Padang tetapi juga di Indonesia. ”Pada tahun ini, kasus DBD seluruh Indonesia meningkat. Di Padang, terhitung sejak Januari hingga 10 Maret ini, telah terjadi 255 kasus, dimana 7 di antaranya meninggal dunia,” sebut Eka. (cr13)