Pemotongan pulsa nantinya akan dilalukan berdasarkan lamanya waktu parkir. Semakin lama parkir, maka biayanya akan semakin besar. Sistem ini terang Rudy akan memiliki beberapa dampak positif. Yakni, dapat mengatasi kebocoran PAD. Selain itu, dengan tarif yang mahal (dihitung per jam), maka akan mengurangi minat pemilik kendaraan untuk parkir lama lama di kawasan yang telah ditentukan tersebut.
Disebutkan Rudy, ada beberapa kawasan yang akan diterapkan dengan sistem parkir elekronik ini. Yakni jalan Permindo, Pondok, Niaga, M Yamin, kawasan Taplau, GOR dan Imam Bonjol. Tak hanya dua program tersebut, untuk jangka menengah dan panjang, Dinas Perhubungan akan menuju smart transportation. Semuanya akan dilalukan dan diatur secara elektronik oleh mesin.
Salah satu contohnya adalah pemakaian sistem ITS (Inteligen Trafict Sistem). Aplikasi ini mampu mengurai kemacetan dipersimpangan utama secara otomatis. Ketika kendaraan padat dan macet, sistem ITS akan mengaturnya sendiri.
Selain itu juga ada contingen charging. Dimana pada di kawasan kawasan dengan kongesti tinggi akan dilakukan pembayaran. Rudy mencontohkan pada jalan Khatib Sulamiman. Pada jam jam tertentu pengendara akan dikenakan cas (biaya) untuk bisa lewat di sana. Tujuannya juga untuk mengurangi minat pengendara lewat di jalan tersebut sehingga kemacetan bisa diatasi. “Di Singapura dan Jakarta, sistem ini sudah diberlakukan. Dan kita juga menuju ke arah itu,” ujar Rudy. (tin)