RASUNA SAID, METRO–Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Dedi Henidal menggerutu menyaksikan kepanikan warga pascagempa 7,8 SR, Rabu (2/3). Kata Dedi, masyarakat mada. Disuruh ke shelter, lari ke bypass juga. Akibatnya, macet memanjang.
Kepala BPBD dan Damkar Kota Padang Dedi Henidal didampingi Sekretarisnya Budi Payan mengatakan, sosialisasi dan simulasi sudah sering dilakukan. Namun kebiasaan masyarakat tak juga berubah. Kenyataanya. Kata dia, warga tetap menyelamatkan diri dengan cara pergi dengan kendaraan mereka. ”Masyarakat itu nan mada. BPBD tak pernah menganjurkan evakuasi dengan kendaraan bermotor. Sehingga jalanan menjadi macet,” kata Dedi.
Sesuai dengan analisa pakar gempa, kemungkinan tsunami terjadi sekitar 30 sampai 40 menit setelah gempa. Jika masyarakat berjalan normal, maka dalam rentang waktu selama itu, mereka sudah bisa menempuh jarak sekitar 2 kilometer. Apalagi kalau berjalan lebih cepat, akan semakin panjang lagi jarak tempuhnya. ”Akibatnya, jalanan menjadi macet. Sehingga mereka tertahan di zona merah,” sebut Dedi.
Sampai saat ini, terang Dedi, pihaknya masih berupaya memberikan sosialisasi dari dini. Di Jepang, kata dia, sosialisasi sejak anak anak di play group. Namun semuanya perlu anggaran. ”Anggaran sosialisi belum memadai. Jadi agak kesulitan,” kata dia.