Dari penuturan Mak Gaek yang disampaikan kepada Yenti (40), warga yang rumahnya berada persis di depan batu tersebut menceritakan bagaimana batu tersebut bisa sampai ke lereng bukit yang dikenal berbau mistis oleh warga. Jangankan masuk lebih jauh ke puncak bukit, untuk sampai di lereng saja sudah tidak berani.
Disebut Yenti, batu itu sudah ada sejak dahulu, jauh sebelum ada warga yang tinggal di kawasan Sungai Lareh. Konon, batu tagak ini adalah seorang pria tua yang kesehariannya sering berjudi hingga lupa dengan keluarga sendiri. Pria yang bekerja sebagai nelayan itu hidup di atas kapalnya dan tidak peduli dengan kehidupan luar, termasuk keluarganya.
”Kerjanya hanya berjudi saja dengan teman sama melaut, dapat ikan, dijadikan taruhan, sehingga keluarganya teraniaya,” cerita Yenti, kemarin.
Kemudian, sikap pria yang tidak peduli dengan keluarganya ini membuat warga yang marah dan menghancurkan kapalnya. Pria itupun dilemparkan ke dalam laut. Setelah perubahan zaman dan Sungai Lareh sudah menjadi daerah, barulah ditemukan batu tersebut dengan posisi kedua tangan terangkat keatas seperti orang minta ampun.
”Lalu, cerita ini pun menyebar dari mulut ke mulut sampai ke anak cucu hingga sekarang,” ucapnya.
Menurutnya, Batu Tagak ini memang memiliki unsur mistis yang kentara, seperti yang dialami sendiri oleh Yenti. Saat itu, dia baru tinggal di kawasan itu dan mendengar teriakan minta tolong dari arah belakang rumah. Yenti pun kaget karena itu adalah suara pekikan yang keras dari batu tagak tersebut.
Tidak lama setelah itu, di sebelah rumahnya terjadi aksi saling bunuh antara mamak dan kemenakan serta melibatkan orang kampung. “Awalnya saya juga kurang percaya, tapi saya mengalaminya sendiri,” tutur ibu beranak empat ini. (bersambung)














