PAHLAWAN, METRO – Kepala Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, Bakhrizal, memastikan tidak ada kasus penderita stunting di Kota Payakumbuh. Karena, menurut Bakhrizal, orang dengan fisik lebih pendek dari orang lain belum tentu stunting.
“Orang dengan fisik lebih pendek dari orang lain belum tentu stunting. Karena ada pertumbuhan yang berkaitan dengan fisik, kemudian ada perkembangan yang berkaitan dengan keahlian, otak dan kecerdesan. Jadi di Kota Payakumbuh tidak ada yang namanya stunting, tapi orang dengan fisik pendek, ada,” jelas Kadiskes Kota Payakumbuh, Bakhrizal, kemarin.
Disampaikannya, ada orang dengan fisik pendek dengan tingkat kecerdasan jauh rendah dibawa teman seusianya, daya tahan tubuhnya lemah, berat badan cendrung turun dan sering demam atau sakit sakitan, ini bisa saja indikasinya stunting.
Namun disampaikan Bakhrizal yang dikenal dekat dengan awak media ini, ada orang dengan fisik pendek tapi memiliki kecerdasan yang baik, tidak sakit-sakitan, maka ini tidak stunting.
dr. Bakhrizal menyampaikan, stunting bisa terjadi sejak dari usia dalam kandungan. Kemudian, rentan kepada usia 1000 hari masa kehidupan. Bila kecukupan gizi selama masa kandungan tidak mencukupi maka rentan dengan kelahiran dengan berat badan rendah panjang fisik diluar rata-rata anak dengan kelahiran sehat lainnya.
Kemudian pada 1000 hari kehidupan atau 2-3 tahun, masa balita anak rentan terkena stunting bila gizinya tidak terpenuhi. Termasuk gizi ibu yang menyusui, karena akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuh anak.
Selain itu faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, terutama soal kebersihan.
“Jadi ketika kita mengetahui sejak usia kehamilan dan usia 1-2 tahun kehidupan anak, maka stunting ini dapat kita cegah dengan asupan gizi yang cukup. Kemudian kita lakukan juga pelatihan bagaimana anak bisa berbicara dengan lancar, jelas dan tepat sehingga anak usia 1000 hari kehidupan ini bisa pulih dari stunting. Jadi stuntin ini bisa dipulihkan, jika kita cepat mengetahui,” sebut Kadiskes.
Dia juga menyebut, dampak dari seorang yang mengalami stunting adalah saat sudah dewasa. Karena orang dengan stunting akan sulit berkompetisi atau bersaing didunia kerja dengan orang lain akibat tingkat kecerdasan otaknya dibawa rata-rata orang sehat lainnya.
“Dampaknya pada saat dewasa, mereka jelas akan kalah bersaing dengan orang lain. Karena tingkat kecerdasan otaknya lemah, dan dipastikan tidak mampu bersaing dengan orang lain. Akhinya mereka sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya dan akhirnya mengandalkan kekuatan fisik, ini dampak jangka panjangnya,” terang Bakhrizal.
Kepala Puskesmas Ibuh, Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, drg.Muhammad Fadlan, menyebut, pihaknya terus melakukan pencegahan supaya tidak terjadi kasus Stunting di daerahnya. Meski saat ini tidak ada kasus stunting di daerahnya, namun pihaknya tetap rutin melakukan pendampingan terkait asupan gizi bagi balita dan ibu hamil.
“Untuk mencegah ini kita terus turun kelapangan melakukan pendataan untuk pendampingan terhadap sejak ibu hamil. Kemudian juga memberikan nutrisi yang baik dengan datang keposyandu sehingga bida dipantau agar tidak terjadi Stunting,” sebutnya.
Saat ini sebut drg. M.Fadlan, dengan program Indonesia sehat, semua masyarakat bisa dipantau tingkat kesehatannya. Maka dia berharap agar masyarakat terutama ibu hamil dan anak usia 1-2 tahun bisa meningkatkan asupan gizinya. Namun persoalan selama ini soal ekonomi keluarga.
“Kita terus pantau kondisi kesehatan masyarakat dengan program Indonesia sehat. Jadi selama ini gizi ibu hamil dan anak usia 1000 hari kehidupan juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga dan lingkungannya,” sebut drg.M.Fadlan. (us)