Kepemimpinan Gubernur Sumbar Prof Irwan Prayitno hanya dibatasi sampai 12 Februari 2021. Setelah itu, dia akan dikenal sebagai mantan Gubernur dua periode dan digantikan penerusnya. Siapa penerusnya, tentu tidak mudah menebaknya. Karena, Pemilihan Gubernur 23 September 2020, masih menjadi teka-teki. Yang akan bertarung saja masih abu-abu.
Mencermati hasil Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 yang akan dijadikan patokan Pilgub, hanya Partai Gerindra yang bisa mengusung satu pasangan calon. Pemenang Pileg di Sumbar itu mendapatkan 14 kursi di DPRD Sumbar. Syarat maju cukup 13 kursi. Sementara partai lainnya, PKS 10 kursi, Demokrat (10), PAN (10), Golkar (8), PPP (4), NasDem (3), PDI Perjuangan (3) dan PKB (3).
Nama-nama yang akan maju memang sudah mengerucut. Gerindra agaknya menjagokan Wakil Gubernur saat ini, Nasrul Abit. Meski tak perlu berkoalisi, Gerindra seperti masih gamang memunculkan nama pasangan. Jangankan untuk menetapkan calon wakil, untuk menetapkan Cagub saja belum. Bahkan, masih membuka lebar-lebar pintu koalisi untuk partai lain.
Sementara jagoan lain yang punya kans besar adalah PKS, sudah ada bayangan akan mengusung Wali Kota Padang Mahyeldi untuk calon Gubernur, atau Wako Payakumbuh Riza Falepi untuk calon wakil Gubernur. Soal koalisi, PKS butuh tambahan 3 kursi lagi, tentu bisa dari partai-partai yang belum mempunyai jagoan utama. Bisa jadi PKB, PDI P, NasDem, PPP dan Golkar.
Partai lain yang bakal calonnya sudah pasang baliho sana-sini ya Demokrat. Sepertinya, tak ada opsi partainya SBY ini untuk jadi calon wakil Gubernur. Anggota DPR RI Mulyadi yang juga ketua DPD Demokrat Sumbar “harga mati” jadi Cagub. Siapa yang akan diajak berkoalisi, tentu yang tak punya jagoan utama. Yang kurang mungkin tentu Gerindra dan PKS.
PAN punya gaya lain. Ketua DPW-nya, Ali Mukhni yang juga Bupati Padangpariaman dua periode sudah menyatakan diri maju. Sedikit berbeda dengan tiga partai sebelumnya, PAN lebih fleksibel. Ali Mukhni bisa saja jadi Cawagub. Bahkan sangat seksi, karena bisa dipasangkan dengan siapa saja; Nasrul Abit-Ali, Mulyadi-Ali, atau Mahyeldi-Ali. Ini mirip-mirip Pilpres 2004, siapapun calonnya, Cawapresnya tetap SBY. Namun yang terjadi, SBY malah menggandeng Jusuf Kalla (JK) dan memenangi Pilpres. Jalan ini bisa ditempuh Ali, kalau tepat menggandeng wakil.
Empat partai itu sebenarnya punya kesamaan, dan punya kekuatan berimbang. Kesamaannya adalah, semuanya pendukung pasanggan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Hasil Pileg mereka berbanding lurus dengan suara Prabowo-Sandi di Sumbar sebesar 85,9 persen, sementara pasangan Jokowi-Ma’ruf hanya 14,1 persen saja.
Nah, bicara partai-partai pemilik kursi di DPRD Sumbar yang Pilpres lalu mendukung Jokowi-Ma’ruf sebenarnya belum habis-habis benar. Apalagi Prabowo sekarang menjadi Menteri Pertahanan Kabinet Jokowi. Namun, menilik siapa jagoan yang akan diusung, cukup susah juga meliriknya. Bahkan, anggota DPR RI, atau kepala daerah yang terang-terangan mendukung nomor urut 1 ini juga tidak begitu kuat.
Coba kita “culik” satu-satu. Partai Golkar yang perdana sejak reformasi tercampak dari kursi pimpinan DPRD Sumbar, kini harus mencari 5 kursi lagi untuk maju. Siapa yang akan mereka usung sebagai calon Gubernur juga belum jelas. Bayangan pun tidak. Mungkin untuk sekadar wakil Gubernur adalah Ketua DPD Golkar Sumbar Hendra Irwan Rahim. Suaranya di Pileg 2019 kemarin juga tidak membahagiakan.
Bagaimana dengan PPP? Sampai sekarang, belum muncul calon dari partai berlambang Kakbah ini yang menonjol. Bahkan untuk diisukan maju saja belum ada, apalagi menyatakan diri siap bersaing. Mungkin Ketua DPW PPP Sumbar Hariadi yang bisa dimaksimalkan, meski kemarin masih kalah dari petahana DPR RI M Iqbal di Sumbar 2. Sebagai Cawagub rasanya suami anggota DPD RI Emma Yohanna ini bisa diapungkan. Atau Emma itu benar yang maju.
Untuk tiga partai lainnya, seperti NasDem, PDI Perjuangan dan PKB yang sama-sama memeroleh 3 kursi sepertinya akan menjadi incaran partai lain. Meski ada tokoh-tokoh yang layak diapungkan juga seperti Alex Indra Lukman (PDIP), Syamsu Rahim (NasDem) dan Febby Dt Bangso (PKB). Namun, mencermati hasil Pileg yang kurang maksimal, mereka hanya bisa jadi calon BA 2 saja.
Apakah hanya nama-nama “owner” tiket dari partai politik itu yang akan bertarung? Tentu tidak. Masih ada “bintang” yang bersinar dan digadang-gadang sebagai new Kaharudin Datuk Rangkayo Basa. Gubernur Sumbar pertama (1958-1965) yang sebelumnya menjabat Kapolda Sumbar. Dia adalah Irjen Fakhrizal yang balihonya berserak di seantero Sumbar.
Soal partai yang akan mengusung Fakhrizal, bisa saja partai-partai yang belum punya jagoan utama sendiri seperti PPP, NasDem, PDIP, Golkar dan PKB. Tentu konsekwensinya, harus berkoalisi semua untuk mendapatkan 13 kursi sebagai syarat yang diatur Undang Undang Pilkada. Masalah akan timbul saat menentukan Cawagub, jagoan partai mana yang akan dipasang. Pilihan lain, Fakhrizal harus bekerja keras mendapatkan dukungan sebagai calon perseorangan atau independen.
Nama lain yang muncul adalah Faldo Maldini yang beralih kostum dari PAN ke PSI. PSI, partai yang belum mendapat kesempatan memiliki kursi di DPRD Sumbar. Namun, kenapa Faldo seperti “ngotot” maju? Mungkin dia punya strategi sendiri dengan “9 Sumangaik Baru” itu. Siapa tahu ada aktor lain yang bisa “mengondisikan” partai untuk mengusung Faldo. Tentu kalau gugatan soal umurnya yang kurang 30 diterima Mahkamah Konstitusi (MK).
Kita lihat saja. Siapa yang akan menjadi Gubernur baru. Apakah mereka yang namanya tertulis di ceplas-ceplos ini, atau malah ada nama baru. Andre Rosiade mungkin, eh. (Reviandi/Wartawan Utama)