”Kami dari DKP berharap petani keramba agar selalu waspada dan melihat perkiraan cuaca. Jika cuaca tersebut bisa mengakibatkan kematian kepada ikan keramba, sebaiknya ikan lebih cepat dipindahkan dan kematian ikan bisa ditanggulangi,” jelasnya.
Terpisah, salah satu petani keramba di Nagari Bayua, Herman (31) kepada POSMETRO menyebutkan, di daerah salingka Danau Maninjau merupakan daerah ekstrem. Ia sebagai petani keramba, juga selalu khawatir jika kondisi danau sudah ekstrem.
”Kami sudah sering mengalami ini. Tidak terjadi perubahan yang mencolok terhadap air danau kami merasa lega, dan sudah memulai kembali melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, pada Jumat lalu, saat saya ingin memberi makan kepada ikan di keramba, saya sudah mencium bau amis yang berasal dari danau,” katanya.
Saat sampai di tepi danau, petani ini kaget karena ikan yang seharusnya dipanen sudah terapung, dengan bentuk perut sudah besar dan mengeluarkan bau amis. ”Banyak petani lain yang mengalami. Kami menduga penyebab ikan keramba ini mati disebabkan belerang yang selama ini masih terendap,” katanya. (cr7)















