Salah seorang siswa Kelas VI SDN 09 Deo, mengakui jika hingga kini alat tulisnya untuk belajar sudah tidak ada lagi. Karena sewaktu banjir melanda rumahnya tidak satupun barang dan alat-alat sekolah miliknya bisa diselamatkan.
“Kami tidak punya alat tulis lagi, buku kami hilang. Kini kami masih terus membersihkan sekolah. Bangku dan meja tempat kami belajar harus dibersihkan dulu baru bisa kembali dipergunakan,” sebut Deo disela-sela goro membersihkan sekolahnya dari lumpur sisa banjir.
Hal serupa juga dikatakan Novri, siswa kelas VI SD Negeri 09 menyebut jika rumahnya juga terkena banjir. Akibat itu, tidak satupun buku tulis dan peralatan sekolah miliknya bisa dipakai. “Kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Alat tulis kami sudah hancur dan habis, kami baru bisa menulis lagi jika buku masih ada,” jelasnya.
Tidak saja SD Negeri 09, yang masih lumpu PBM tetapi beberapa sekolah swasta yang terkena banjir juga belum pulih sepenuhnya proses belajar mengajarnya. Mengingat, korban banjir sangat banyak mencapai 1000 KK dan 5000 jiwa. Bahkan seluruh fasilitas umum seperti Masjid, Kantor dan sekolah ikut terendam.
Camat Pangkalan Andri Yasmen, bersama dengan BPBD Limapuluh Kota serta muspida dibantu relawan dari berbagai kalangan terus membantu pemulihan kondisi pasca banjir di Pangkalan termasuk membersihkan lumpur dengan penyemprotan dengan menggunakan mobil Damkar terutama terhadap fasilitas pemerintah, rumah ibadah dan sekolah.
”Kita terus melakukan perbaikan terhadap seluruh fasilitas umum seperti sekolah, kantor dan rumah ibadah dari sisa banjir. Kita bersama-sama masyarakat, UPT Damkar Pangkalan menyemprot rumah, fasilitas umum, kantor dan sekolah,” jelas Camat. (us)