PADANG, METRO – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai kerusuhan yang terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua bukanlah masalah etnis antara suku Minang dengan suku di Papua. Pasalnya, yang menjadi korban tidak hanya perantau Minang. Melainkan juga perantau asal Makassar, Bugis, Jawa dan daerah lain.
”Kerusuhan yang mengakibatkan hilangnya nyawa beberapa perantau Minang di Wamena bukan dikarenakan konflik etnis,” kata Ketua MUI Kota Padang, Prof Duski Samad, kemarin.
Oleh karena itu, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang ini mengimbau kepada masyarakat Minang untuk tidak mudah terprovokasi dengan kejadian tersebut. Dia meminta untuk menyerahkan kasus tersebur kepada aparat yang berwenang di Papua.
Menurut Duski Samad, orang Minang bukan tipikal yang mudah terhasut. Sebab, untuk melakukan sesuatu biasanya orang Minang akan memikirkan tiga kali dahulu, baru mengambil kesimpulan atau bertindak. Jika ada yang ingin menyerang, itu bukanlah lembaga akan tetapi individu.
”Kita berharap masyarakat Minang yang lainnya untuk mendukung dan memberikan bantuan kepada korban. Jangan diprovokasi,” pinta Duski Samad.
Bukan Soal Ras
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhamadiyah Sumbar, Shofwan Karim mengaku prihatin dengan kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua yang memakan korban khususnya warga Sumbar. Dia mengimbau masyarakat Sumbar tidak terprovokasi yang akan menambah luka baru.
”Masyarakat jangan mengambil kesimpulan dangkal dari persoalan itu hanya dari melihat dan membaca di media sosial. Lalu membuat aksi dan respon yang justru akan membuat perpecahan,” kata Shofwan Karim.
Menurut Shofwan Karim, atas kerusuhan yang terjadi itu, masyarakat jangan menilai hal dengan isu rasialisme atau pergesekan antar suku dan ras. Lantaran yang menjadi korban bukan hanya orang Minang, akan tetapi juga dari daerah lain. Maka jangan diperluas menjadi isu rasialisme.
Shofwan Karim mengimbau, masyarakat mempercayakan kepada aparat TNI, Polri dan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi di Wamena tersebut. Sementara kepada masyarakat, dalam menyikapi persoalan itu, sebaiknya bergerak dengan memberi sentuhan rohani dan keagamaan.
”Sudah banyak yang bergerak membantu, ada banyak lembaga, bahkan Pemprov Sumbar pun sudah menggalang dana untuk pemulangan perantau. Kita bergerak saja dengan turut menyumbang sehingga saudara-saudara kita yang ingin pulang bisa dipulangkan,” tukasnya. (mil)