PADANG, METRO – Fakultas ilmu keolahragaan UNP mengadakan seminar nasional kemahasiswaan bertemakan membangun pemuda melalui perspektif olahraga di Era Revolusi Industri 4.0 sebagai kesatuan negara dalam pencapaian prestasi dan ekonomi. Sabtu (21/9), di Aula Lantai 3 FIK UNP.
Acara yang dilaksanakan memperingati hari olahraga nasional (Haornas) yang lalu, dihadiri oleh guest panelis Mr. Carlos Melgares Varon merupakan Direktur Universidad Catolica de Murcia (UCAM) yang berkedudukan di Spanyol perwakilan Indonesia merupakan profesor dalam bidang sport Management.
Dihadiri oleh Prof. Dr.Phil. Yanuar Kiram, Prof.Dr.Syafruddin, Henndy Luthan kepala bidang Binpres KONI Sumbar, Rasyidi Sumetri Kabid Dispora Provinsi, Randi Kurniawan Ketua umum cerebro bigas FIK UNP, dan Pudia sebagai salah satu Pembina cerebro Bigas, serta 250 peserta kalangan mahasiswa, akademisi dan pemerhati olahraga Sumatera Barat dan Riau.
Sesi pertama yang di moderatori oleh Saskia Putri Rahayu menuai kontra terhadap esports sebagai bagian dari olahraga, hal ini didasari oleh pengertian, tujuan dan ruang lingkup olahraga menurut Undang – Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Selanjutnya Pembahasan Mr. Carlos Melgares Varon yakni olahraga dimulai atau muncul dari suatu permainan dimasyarakat, dimana mereka berkumpul bermain, menjalin silahurrahmi satu sama lain sehingga berkembanglah permainan ini dan dibuatkanlah formatnya, programnya yang diminati banyak orang.
“Esports sendiri melihat catur dan bridge sebagai kategori olahraga yang telah dipertandingkan di tingkat daerah, Nasional dan Internasional,” jelas Mr. Carlos Melgares Varon.
Sesi kedua yang di moderatori oleh Marisa Imral menghadirkan panelis Nikki Hariyona Ketua IeSPA Sumbar, dr. Silvia Erfan, Sp.KJ ahli Kedokteran Jiwa, Khalif Owner Row.Id Sumbar, Adhytra Cipta Ramadhan Owner Ataque Soccer School, dan Mr. Carlos dengan pembahasan mengenai esports dalam pendidikan.
Menurut panelis esports dapat dijadikan bagian dari pendikan karena akan mendapatkan nilai – nilai keolahragaan seperti sportivitas, kejujuran, kerjasama dan strategi. Esports juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam pengembangan diri melalui bisnis.
Pudia menjelaskan, Hal ini tentunya perlu pendalaman tentang dampak buruk dari games yang akan dijadikan olahraga, dimana menurut Silvia, WHO telah menetapkan Gaming disorder sebagai salah satu gangguan kejiwaan. Pembahasan Esports yang akan dimasukkan kedalam kurikulum perlu pengkajian ulang dan kespakatan bersama oleh kementerian Pendidikan, pemuda dan olahraga, pendidikan tinggi dan kementerian kesehatan.
“Dengan masuknya esports dalam event nasional dan internasional keolahragaan, harapan terbesar nya adalah perlunya pengkajian ulang terhadap batasan Olahraga menurut Undang – Undang” ungkap Pudia sebagai salah satu Pembina cerebro Bigas.(e)