PADANGPARIAMAN, METRO–Enam anggota kelompok ormas Gafatar asal Kecamatan 2×11 Kayutanam, Kabupaten Padangpariaman saat ini telah kembali dari camp Gafatar di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Selatan. Keenam anggota Gafatar, N (52), HP (28), ASF (25), WA (18), F (5), N (3), telah tiba sejak Jumat (12/2) pukul 22.30 WIB.
Penemuan satu keluarga ini setelah suami dari salah satu anggota Gafatar ini, melakukan pencarian di Camp Gafatar Gunung Mas bersama Polda Sumbar dan Polres Palangkaraya.
ASF salah seorang anggota Gafatar kepada POSMETRO, kemarin, mengaku ia bersama kelima anggota keluarga lain berangkat ke Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Selatan, sejak 7 Januari 2016 menggunakan pesawat Lion Air pukul 12.50 WIB dari BIM ke Palangkaraya. Mereka sampai pukul 21.00 WIB menggunakan biaya pribadi sebesar Rp10 juta.
Setiba di bandara Palangkaraya, keenam anggota keluarga ini dijemput oleh Soni yang disebut ASF, merupakan ketua Camp Kelompok Gafatar di Kabupaten Gunung Mas. Soni juga warga Sumbar.
”Dari Bandara di Palangkaraya, kami dijemput ketua camp menuju Gunung Mas, di sana ada sekitar 50 kepala keluarga (KK) yang tinggal di rumah panggung. Kami menggunakan dana pribadi untuk biaya perjalanan ke sana,” ujarnya.
Selama seminggu di camp, ASF bersama keluarga dan 50 orang lainnya tinggal di beberapa rumah panggung dan melakukan aktivitas bercocok tanam dan kegiatan sosial. ASF dan keluarga sempat dipidahkan ke salah satu rumah kontrakan yang terletak di Kota Palangkaraya, berjarak cukup jauh dari camp di Gunung Mas.
Pemindahan ini dilakukan untuk menghindari pencarian yang dilakukan oleh jajaran Polres Palangkaraya, karena keberangkatan ASF dan keluarganya telah diketahui oleh suami. Selama ditinggal di rumah kontrakan, ASF dan keluarga sempat berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
”Kami di camp hanya seminggu, setelah ada informasi bahwa kami sedang dicari oleh polisi Palangkaraya dan Polda Sumbar. Akhirnya untuk sementara kami dipindahkan ke salah satu rumah yang telah dikontrak oleh ketua. Sempat jualan untuk biaya hidup sehari-hari,” ulasnya.
ASF mengaku telah setahun bergabung dalam kelompok Gafatar, karena diajak oleh kakak laki-lakinya bernisial HP, saat masih tinggal di Kota Padang. HP terlebih dahulu bergabung dengan kelompok Gafatar, setelah diajak oleh lelaki berinisial J dan Hengki yang disebutnya juga berada di Camp Tengkahen, Kalimantan Tengah.
”Saya terpaksa meninggalkan suami dan melakukan hijrah ke Kalimantan lantaran suami tidak sepaham dengan Gafatar. Saya dan adik-adik waktu itu diajak oleh kakak yang telah dahulu bergabung. Sedangkan suami saya waktu ke Kalimantan terpaksa ditinggal, karena tak mau. Saya dan ibu, anak-anak dan kakak saja yang hijrah,” jelasnya.
Sedangkan HP, kakak ASF mengaku, tidak ada ajaran khusus yang dilakukan saat bergabung dengan kelompok Gafatar, seperti yang diberitakan media masaa. Dikatakannya, mereka anggota Gafatar hanya ditekankan kepatuhan kepada agama dan aturan pemerintah.
Ormas Gafatar tidak bersifat politik hanya ormas sosial. Saat tinggal di Camp kelompok Gafatar memang terasa betul semangat kebersamaan dan persatuan. Beberapa aktivitas rutin seperti makan dilakukan secara bersama-sama.
”Tidak ada seperti yang diberitakan, hanya aktivitas sosial kemasyarakatan saya, kita disana cocok tanam, gotong royong bangun rumah panggung. Makan saja kita memasak bersama, pakai rantang, makan bersama-sama, seperti itu makan disana bentuk persatuannya,” kenangnya.
Sementara Kasat Intelkam Polres Padangpariaman AKP Ridwan Zainal kepada POSMETRO mengatakan, untuk kepulangan satu keluarga asal 2×11 Kayutana, Polres Padangpariaman melakukan penggalangan informasi. Setiba di kampung halaman, aparat tetap melakukan pengawasan kepada keenam anggota Gafatar.
Menurut AKP Ridwan, tercatat 27 orang warga di wilayah hukum Polres Padangpariaman telah bergabung dengan Gafatar. Anggota Gafatar yang sudah pulang ke Padangpariaman akan dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap aktivitas sehari-hari.
”Kami ingin mengumpulkan tokoh masyarakat di tempat tinggal keenam anggota Gafatar tersebut, agar mereka tidak dikucilkan oleh tetangga dan warga sekitar. Mereka itu memerlukan pembianaan, bukan dikucilkan. Mari kita bina kembali mereka,” tegasnya. (efa)