SOLSEL, METRO -Sebanyak 2.890 penari piring dari berbagai pelajar di Kabupaten Solok Selatan (Solsel), Polwan, Bhayangkari dan Persit berhasil memecahkan “Rekor Dunia” dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), kategori Pagelaran Tari Piring Penari Terbanyak. Pagelaran itu dilakukan ditengah tebalnya kabut asap, Minggu (22/9).
Kegiatan yang diprakarsai Polres Solsel ini mengambil tempat di simpang Padang Aro, dengan mengisi tiga jalur jalan raya. Ribuan Penari ini berjejer di sepanjang jalan, dengan posisi empat berbanjar. Ribuan pelajar ini sangat antusias menjadi pencetak sejarah dunia dari MURI, para penari yang sudah terlatih mengikuti irama secara serentak, sesuai dengan alunan musik yang menggema terus menari ditengah tebalnya kabut asap.
Piagam penghargaan MURI diberikan langsung oleh Senior Manager Triyono, dimana diterima langsung oleh Kapolda Sumbar Irjen Pol Fakhrizal dan Kapolres Solsel, AKBP Imam Yulisdianto. Senior Meneger MURI Triyono mengatakan, para penari piring di Solsel ini mampu pecahkan rekor dunia, bukan rekor nasional. Pemecahan rekor ini kategori pagelaran penari piring terbanyak.
“Sewaktu panitia mengumumkan, mereka bilang rekor nasional, kami pastikan ini memecahkan rekor dunia, karena tari piring merupakan kesenian tradisional yang hanya ada di Sumbar. Pagelaran hari ini merupakan penari piring terbanyak di dunia,”ujar Triyono, di Minggu.
Pemecahan rekor dunia dengan pagelaran budaya tradisional ini pihak MURI mengapresiasinya, dimana pemecahan rekor ini merupakan salah satu upaya daerah untuk melestarikan adat budaya yang saat ini mulai jarang dilakukan terutama kaum Millennial.
“Pemecahan rekor dunia untuk seni tradisional juga akan mengangkat nama budaya lokal indonesia ke mata Internasional. Rekor hari ini akan masuk ke buku rekor Muri Indonesia yang baru,”ungkapnya.
Kapolda Sumbar Irjen Pol Fakhrizal menyebutkan, pagelaran seni tari piring dan pemecahan rekor MURI ini dengan mengumpulkan 2.890 peserta tidak hal yang mudah. Apalagi dalam menyatukan gerak tari dari semua peserta, bukan pekerjaan ringan, membutuhkan perhatian sehingga patut di apresiasi.
“Kegiatan seperti ini jangan hanya berhenti disini saja, saya siap mendukung kegiatan positif seperti ini, apalagi ini merupakan untuk melestarikan budaya tradisional,”jelasnya.
Menurutnya, melestarikan seni dan budaya tradisional sudah menjadi tugas kita bersama, sehingga kegiatan seperti ini dan pelakunya juga millenial patut diapresiasi. “Para pesertanya adalah milenial, ini harus diapresiasi, menanam kan rasa untuk tradisional itu memang sejak dini,”sebutnya.
Sementara itu, Bupati Solsel H Muzni Zakaria mengatakan, kalau tari piring setiap daerah di Sumbar sudah pasti ada, tetapi dengan jumlah hampir mencapai tiga ribuan baru ada di sini.
“Kami dari pemerintah daerah sangat setuju dengan kegiatan ini, apalagi menjadikan tari piring masal ini iven setiap tahun di Nagari Sarantau Sasurambi ini,”katanya.
Ketua DPRD Solsel, Zigo Rolanda menyebutkan, tari piring merupakan budaya Minangkabau dan harus dilestarikan secara bersama. Melalui pagelaran ini mampu memperkenalkan kepada masyarakat.
“Semakin majunya Ilmu pengetahuan dan teknologi kebudayaan sudah mulai memudar sehingga harus dilestarikan kembali. Melalui pagelaran dengan pemecahan rekor MURI, ini sudah melestarikan adat dan budaya, kami mengapresiasi penyelenggara yang sudah melakukannya,”ujarnya. (afr)