PADANG, METRO -Dinas Kehutanan Sumbar terus bekerja keras mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumbar. Salah satu upaya tersebut dengan memperbanyak peralatan pemadam kebakaran tujuannya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di provinsi itu.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi mengatakan, belanja modal pengadaan alat pemadam kebakaran hutan dan lahan di Sumbar mencapai Rp1,9 miliar. Menurut dia, Dishut sangat butuh berbagai pengendali kebakaran hutan dan lahan. Perlengkapan tersebut nantinya untuk digunakan personil dilapangan.
“Apalagi, saat ini memasuki musim kemarau yang berpotensi terjadi Karhutla. Sudah tender (anggaran, red). Mudah-mudahan cepat terealisasi agar bisa dimanfaatkan,” kata Yozarwardi, Rabu (18/9).
Selain memperbanyak alat pedamam kebakaran, menurut mantan Kadishut Pasaman itu, pihaknya juga membutuhkan selang pemadam, mesin sedot, pompa air, pompa apung, mesin semprot sandang, sekop, kapak dan beberapa alat pendukung lainnya yang dapat mengantisipasi karhutla.
“Peralatan ini nantinya juga untuk memperkuat 10 Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) yang tersebar di daerah. Sebab, kebanyakan lokasi karhutla dekat dengan lokasi KPH,” ulas Yozarwardi.
Diketahui, akhir-akhir ini banyak terjadi Karhutla dibeberapa kabupaten dan kota di Sumbar. Hari ini di satelit LAPAN terpantau 9 titik panas atau hot spot di daerah tersebut. Bahkan dilansir dari laman Sipongi KLHK, selama empat tahun terakhir lahan terbakar di Sumbar tercatat sudah lebih dari 7.588 hektare (ha).
Hasil rekapitulasi luas kebakaran hutan dan lahan periode 2016-2019 di provinsi itu, grafiknya fluktuatif. Pada 2016 ada 2.629,82 ha lahan dan hutan yang terbakar di Sumbar.
Kemudian menurun pada 2016 menjadi 2.227,43 ha, selanjutnya pada 2018 perlahan-lahan kembali meningkat 2.421,90 ha. Namun luasannya makin mengecil pada 2019 menjadi 309,00 ha. Begitu juga pada 2014 dengan luasan yang tersebar ialah 120,50 ha, akan tetapi tiba-tiba saja meningkat pada 2015 sebanyak 3.940,14 ha.
Jika melihat jumlah titik panas di seluruh wilayah Indonesia, Sipongi mencatat sepanjang tahun 2019 sudah lebih dari 328.722,00 ha lahan dan hutan terbakar. Jumlah titik panas di Indonesia dipantau dengan menggunakan satelit Terra/Aqua (Lapan) memiliki tingkat kepercayaan di atas 80 persen. (mil)