”Kita tidak bisa menyalahkan semua pihak dalam masalah ini,” ucapnya.
Lanjut Yulnasri, penggunaan produksi sawit menurun. Dengan menurunnya kelapa sawit, tentu perusahaan pengelolaan sawit juga menurunkan produksi. ”Kita contohkan di China dan Thailand, mereka telah menurunkan produksi,” sebutnya.
Sementara untuk Indonesia, suplai sawit makin hari semakin membeludak. Penumpuk pun terjadi di setiap perusahaan. Khusus untuk Agam, persoalannya banyak buah kelapa sawit yang tertahan.
Langkah yang harus dilakukan pemerintahan, melakukan pembinaan kepada petani khusus petani rakyat, seperti penyuluhan tentang pemupukan dan memberikan pembinaan lansung bahwa memanen kelapa sawit jangan terlalu dini,” katanya.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Negeri Andalas (Unand) Elfindri mengatakan, dalam masalah yang seperti ini, pemerintah harus ada solusi yang digagas. Misalnya, melakukan intervensi harga sawit rakyat dan harga sawit plasma sehingga daya jual masyarakat tidak menurun.
Selain itu, pemerintah harus lebih tepat memberi subsidi. ”Jangan hanya mengalokasikan anggaran semata, sementara subsidi ke petani kurang,” katanya.
Dia mencontohkan, subsidi itu bisa berupa pemberian pupuk, bibit atau kebutuhan petani lainnya. Kemudian, pemerintah juga harus bisa mengalokasikan kredit untuk petani. (i)