TABING, METRO – Pemulangan jamaah haji Debarkasi Padang melalui Bandara Internasional Pangeran Muhammad Bin Abdul Aziz Madinah menuju BIM Padangpariaman berakhir, Selasa (3/9). Kloter XVIII menjadi jamaah haji terakhir yang terbang ke tanah air melalui bandara tersebut.
Namun demikian, ada 3 jamaah yang masih menjalani perawatan, baik di Rumah Sakit Al Anshor Madinah, Rumah Sakit Al Noer Makkah maupun Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Mereka atas nama, Efinar Sukai Ahmad asal Kota Bukittinggi dari kloter PDG-9, Marliah Samin Husin asal Kota Sawahlunto dari kloter PDG-9, dan Asnidar Syafei Idris asal Kota Padang dari kloter PDG-17.
Dari data Sistem Informasi dan Komputerisasj Haji (Siskohat) Kemenag Sumbar, Selasa (3/9), jamaah haji yang merupakan gabungan jamaah dari kloter terakhir dari 14 kabupaten kota tersebut berjumlah 375 orang.
Kepala Kanwil Kemenag Sumbar Hendri mengatakan, kloter XVIII saat berangkat berjumlah 375 orang, begitu juga saat kembali ke Tanah Air masih 375 orang. Karena ada 1 orang mutasi keluar atas nama Ahmadrius Jamalus Pandang Alam ke kloter PDG-5 asal Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD) Kabupaten Solok.
Kemudian, ada 2 orang mutasi masuk atas nama Saharudin Abas Acat dari kloter PDG-10 asal Kabupaten Limapuluh Kota, dan Iskandar Gain Ingan dari kloter PDG-13 asal Kabupaten Tanah Datar. Serta, ada 1 orang wafat di Makkah atas nama Zaini Sirin Ahmid asal Kota Padang.
“Dari 7.001 total jamaah yang berangkat ke tanah suci, yang pulang 6.982 orang. Karena pada penyelenggaraan haji tahun ini sebanyak 15 orang jamaah meninggal dunia, dan 3 orang lagi masih tinggal di Arab Saudi karena sakit,” jelas Hendri, kemarin.
Hendri berharap, seluruh jamaah haji dapat memperoleh predikat haji yang mabrur. Dengan berakhirnya fase pemulangan gelombang kedua, maka berakhir sudah fase kepulangan jamaah haji tahun 2019 atau musim haji tahun 1441 Hijriah. Dia juga berharap, jamaah haji Debarkasi Padang puas dengan pelayanan yang diberikan Kemenag Sumbar.
“Kalau ada sesuatu yang kurang berkenan terkait pelayanan, kami mohon maaf sedalam-dalamnya kepada seluruh jamaah haji,” ujar Hendri.
Bagi jamaah yang masih dirawat di tanah suci, Hendri menyebutkan, pihaknya terus melakukan visitasi sampai jamaah tersebut pulih. Karena, jamaah sakit tidak boleh diterbangkan ke Tanah Air jika belum layak terbang. Jika nanti kondisi jamaah pulih maka akan langsung kembali ke kampung halaman.
“Sampai kondisi jamaah layak terbang, kalau masih sakit maka akan tetap dirawat di Arab Saudi,” kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Padang itu.
Santunan Cair
Sementara dari kemenag.go.id didapat kabar, bahwa santunan korban crane sudah cair. Dengan demikian, apa yang ditunggu ahli waris dan korban jatuhnya crane di Masjidil Haram segera terwujud. Kedutaan Besar RI di Riyadh memastikan bahwa pada akhir Agustus 2019, pihaknya telah menerima cek santunan bagi korban jatuhnya crane pada musim haji 1436H/2015M.
Menag Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi komitmen Kerajaan Saudi Arabia. Menag menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kepedulian Pemerintah Saudi Arabia terhadap ahli waris dan keluarga para korban jatuhnya crane.
“Ini bentuk pertanggungjawaban dan kepedulian yang amat patut diapresiasi,” tegas Menag di Jakarta, Senin (2/9).
Sebelumnya, KBRI Riyadh dalam rilisnya menyebutkan bahwa cek santunan yang telah diterima senilai USD6,133 atau setara SAR23juta, atau senilai Rp85,1miliar. “Kementerian Agama siap membantu Kementerian Luar Negeri untuk mempercepat finalisasi administratif terkait penyampaian dana santunan kepada para korban luka berat dan cacat permanen serta para ahli waris korban meninggal dunia,” tegas Menag.
Jatuhnya alat berat crane di Masjidil Haram terjadi pada Jumat 11 September 2015. Tercatat lebih dari 100 orang wafat dan lebih 200 orang luka akibat peristiwa tersebut. Selain dari Indonesia, mereka berasal dari Pakistan, India, Bangladesh, Malaysia, Turki, Aljazair, Iran, Irak, Libia, Afghanistan dan Mesir. (mil)