PADANG, METRO – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat pada Agustus 2019, Kota Padang mengalami deflasi sebesar 0,10 persen atau terjadi penurunan Indek Harga Konsumen (IHK) dari 144,55 di Juli 2019 menjadi 144,41 pada Agustus 2019.
Sedangkan untuk di Bukittinggi pada Agustus 2019, mengalami inflasi sebesar 0,24 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 134,86 di Juli 2019 menjadi 135,18 pada bulan Agustus 2019.
Kepala BPS Sumbar, Sukardi mengatakan, terjadinya deflasi di Kota Padang disebabkan karena penurunan harga pada tiga kelompok dari tujuh kelompok pengeluaran. Yaitu, pengeluaran transportasi, komunikasi, jasa keuangan sebesar 1,47.
“Kemudian, kelompok bahan makanan sebesar 0,12 persen dan kelompok makan jadi sebesar 0,01 persen,” ujar Sukardi, Senin (2/9).
Sedangkan di Bukittinggi terang Sukardi, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada semua kelompok makanan. Yakninya, kelompok pendidikan rekreasi, olahraga 1,37 persen, kelompok sandang sebesar 1,06 persen, kesehatan 0,27 persen dan berbagai kelompok lainnya.
Dia juga menjelaskan, ada beberapa komoditas yang menjadi penyumbang inflasi di Kota Padang. Antara lain cabai merah 10,58 persen, emas perhiasan 5,07 persen dan beras 0,54 persen. Sedangkan untuk di Bukittinggi, cabai merah 11,39 persen, kentang 6,70 persen dan buncis 22,39 persen,” tukasnya.
Selain itu terang Sukardi, beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga di Kota Padang dan Bukittinggi. Komoditas tersebut antara lain, bawang merah, ayam ras, dan jengkol.
Sukardi mengungkapkan, secara nasional, inflasi tertinggi terjadi di Metro yaitu 0,41persen dan yang terendah di Banda Aceh yakninya 0,07 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Bengkulu dan Batam -0,86 persen. Sementara itu, terendah di Lubuklinggau -0,07 persen.
Selain itu kata Sukardi, BPS juga mencatat bahwa di Sumbar, mengalami kenaikan harga produsen gabah di tujuh kabupaten pada Agustus 2019, khususnya ditingkat petani yakninya sebesar 0,21 persen. Sementara untuk ditingkat penggilingan harga gabah, juga mengalami peningkatan sebesar 0,17 persen dibandingkan Juli 2019.
“Untuk harga gabah terendah pada Agustus 2019 tingkat petani di Agam Rp4.350,00 per kg. Sedangkan harga terendah tingkat penggilingan di Agam yaitu Rp 4.400,00. Sementara harga tertinggi tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok sebesar Rp6.667,00, sedangkan harga terendah tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu Rp6.717,00 per kilo,” jelasnya.
Sementara itu, jumlah wisata manca negara (wisman) yang berkunjung ke Sumbar, melaui Bandara Internasional Minangkabu (BIM) pada Juli 2019 mencapai 5.197 orang. Mengalami penurunan sebesar 0,76 persen dibandingkan Juni 2019 yang tercatat 5.237 orang.
Sukardi menyebutkan, bila dilihat kalender tahunan dari Juli 2018 sampai dengan Juli 2019, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumbar mencapai 1,90 persen. “Wisman pada Juli 2019 memberikan kontribusi sebesar 0,35 persen, terhadap total wisman yang berkunjung ke Indonesia. Dimana secara nasional jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1.483.792 orang,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia merinci, wisman yang berkunjung ke Sumbar, berasal dari Malaysia, Australia, Ame rika Serikat dan beberapa negara lainnya. (cr1)