PADANG, METRO – Hari ini (7/8), Kota Padang genap berusia 350 tahun. Beragam harapan dilontarkan warga dari berbagai kalangan agar keadaan Kota Padang ke depannya lebih baik. Pasalnya, di usia yang sudah begitu tua, persoalan LGBT, maraknya peredaran narkoba, dan sosial seakan tak pernah lenyap dari kehidupan Ranah Bingkuang.
Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Negeri Padang (UNP), Nora Eka Putri menyoroti perilaku masyarakat terutama generasi muda yang sudah jauh dari budaya, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Apalagi beberapa waktu lalu, masyarakat di Kota Padang dikejutkan dengan kasus penangkapan mahasiswa di salah satu universitas negeri yang terindikasi mengkonsumsi narkotika.
Seiring kasus tersebut, Nora mendorong kerjasama semua pihak unsur pemerintah. Tidak hanya kerja Pemko Padang karena menuntaskan kasus narkotika ini tidak bisa sendiri namun perlu berkoordinasi dengan pihak kepolisian, BNN, lembaga pendidikan. Sehingga bisa diminimalisasi peredaran narkoba untuk masuk ke kota Padang.
Selain itu, Nora beharap kepada orangtua yang memiliki anak atau generasi muda sebagai harapan bangsa haru serius memperhatikan anak dan keluarganya. Dia ingin hal demikian tidak terjadi kembali tentu perlu kepedulian dari lingkungan terlebih bagi mereka yang tinggal dikos-kosan dan jauh dari jangkauan orangtua.
“Ini kan memprihatinkan meskipun mereka tidak berkatip di kota Padang tetapi kan kejadiannya di kota Padang,” kata Nora kepada Posmetro, Selasa (6/8).
Kemudian, Nora juga menyoroti kegiatan-kegiatan yang menjurus kepada dunia malam seperti LGBT, maupun hal-hal yang merusak generasi muda. Menurut dia, hingga saat ini permasalahan tersebut belum tuntas ditangani oleh Pemko Padang meskipun sudah ada keberadaan petugas Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja).
“Ini kedepan kita juga mengharapkan penguatan keluarga, di sekolah, dan lingkungan sekitar. Kita harus menjaga semuanya agar nanti kota Padang ini benar menjadi kota yang layak anak, perempuan dan mencerminkan kota pendidikan tidak hanya sebagai kota wisata, budaya, kuliner dan lainya,” sebut Nora.
Melihat berbagai persoalan yang belum selesai ini, Sekretaris Jurusan IAN FIS UNP itu menyarankan, Pemko Padang untuk berkiblat kepada kota-kota besar yang ada di Indonesia, seperti kota Jakarta, Bandung, Surabaya yang memiliki ciri khas alhasil dapat membuat masyarakatnya nyaman menepati kota-kota tersebut.
Menurut Nora, Pemko Padang bisa mewujudkan hal ini dengan meningkatkan teknologi informasi yang terkoneksi langsung antara pemerintah dengan masyarakat. Dia mencontohkan seperti kota Bandung dengan ‘melahirkan’ aplikasi untuk mempermudah masyarakat setempat yang sedang sakit untuk mendapatkan akses ambulance.
“Dengan adanya aplikasi yang terkoneksi ke Pemko maka Satpoll PP, Polresta langsung turun tangan dalam memberikan rasa kepada masyarakat yang sedang tidak dalam kondisi aman, ataupun yang dalam tindakan kejahatan,” ujar Nora.
Sementara di Surabaya, tutur Nora, lebih mengadalkan penghijauan yang menarik sehingga kotanya layak dinikmati oleh semua pihak. Demikian pula dengan Jakarta periode Anies Baswedan. Dia memandang, Pemko Padang perlu meniru kota-kota yang sudah berkembang, tidak hanya di Indonesia bahkan di luar negeri maka akan lebih baik untuk kemajuan kota Padang ke depan.
Kendati demikian, Nora mengapresiasi kepada kepala daerah dalam hal ini Wali Kota dan Wakil Walikota yang sudah membawa perubahan kota Padang baik dalam bidang pembangunan, segi sosial kemasyarakatan hingga ekonomi. Dia melihat sepanjang lima tahun belakang, pembangunan fisik semakin membaik.
“Kita lihat saja hasil lingkungan atau lokasi disepanjang pantai Padang dan Purus sudah bagus dibandingkan lima tahun lalu. Ada relokasi lapak-lapak yang selama ini belum tertata sekarang sudah tertata semuanya diseberang pinggir pantai,” ucap Nora.
Terkait tata kota pembangunan fisik, sambung Nora, biasanya trotoar dan lorong-lorong semrawut karena banyaknya pedagang yang berjualan secara sembarang dan tidak taat aturan namun saat ini sudah ditertibkan. Meskipun, masih ada pedagang kaki lima yang membandel dengan memanfaatkan badan jalan untuk berdagang.
“Kita juga sudah mengamati, biasanya ketika hujan lebat kota Padang langsung banjir sekarang hal itu sudah berkurang. Paling yang terjadi ada pohon tumbang mungkin karena faktor usia dan perawatan yang kurang maksimal,” tambah Nora.
Sedangkan dari segi sosial, Nora memandang, dari satu sisi ikut mengamati secara partisivatif terhadap pembangunan di kota Padang. Ini sejalan dengan animo masyarakat terhadap peningkatan pembangunan setempat. Kemudian segi politik, partisipasi pemilih terutama yang memiliki hak pilih mengalama peningkatan.
“Berdasarkan survei yang saya lakukan tahun 2013 pemilih kota Padang berkisar 40-50 persen, sekarang 2018, sudah mencapai 63 persen. Artinya ini mengalami peningkatan partisipasi politik lebih kurang 10 persen dari lima tahun sebelumnya,” kata Nora.
Peningkatan partisipasi pemilih ini, tambah Nora, tidak terlepas dari kerja keras KPU Kota Padang, Bawaslu Kota Padang, Pemko Padang, serta tokoh-tokoh masyarakat.
Selanjutnya dari segi perekonomian, sambung Nora, saat ini wajah pasar sudah semakin bagus terutama Pasar Raya Padang, kini sudah semakin bersih dan tertata. Selain itu, juga pasar setelit misalnya, pasar Lubuk Buaya, Naggalo, dan Tabing. Tentu ini merupakan hal positif yang dilakukan Pemko Padang dalam meningkatkan kota Padang menjadi kota besar. Seperti, Medan, Palembang bahkan Jakarta. (mil)