PADANGRAMBIA, METRO – Koordinator Unit TPA Regional Payakumbuh, Delma Usni menyebut bahwa bila dilakukan penataan maka daya tampung TPA Regional ini masih bisa dua tahun lagi. Menurutnya, perlu ada sel baru untuk pembuangan sampah. Apalagi saat ini disampaikan Delma Usni, setiap hari TPA Regional menampung sebanyak 250 ton sampah dari empat kabupaten Kota di Sumbar yaitu Kota Payakumbuh, Lima Puluh Kota, Agam Timur dan Kota Bukittinggi. Jumlah produksi sampah masing-masing daerah kabupaten kota setiap hari cendrung mengalami peningkatan.
“Memang dari hasil pengangkutan masing-masing daerah kita melihat ada peningkatan. Saat ini setiap hari kita menampung sebanyak 250 ton sampah dari 4 daerah. Setiap hari ada 60 truk yang silih berganti mengantarkan sampah,” sebut Delma Usni, Kamis (18/7).
Disampaikannya, daerah yang paling banyak memproduksi sampah adalah Kota Bukittinggi dengan jumlah 100 ton setiap hari. Dari jumlah pampah yang buang semuanya dimasukkan dalam sel pembungan Tampa dilakukan pemilahan dan pengolahan secara moderen terlebih dahulu. Sehingga semua sampah apakah organik, nonorganik bercampur aduk dalam sel pembuangan sampah.
Beruntung diarea pembuangan sampah ada sedikitnya 30 KK yang melakukan aktivitas pemulungan dan pemilahan sampah secara tradisional. Sehingga sampah yang dibuang dari truk bisa dipilah dan disisikan terutama yang memiliki nilai ekonomi seperti botol air mineral, kaleng minuman dan kara-kara serta juga bekas makanan sisa yang bisa digunakan untuk pakan ternak.
“Kita tidak melakukan pemilahan dan pengolahan karena keterbatasan alat dan tempat serta tenaga. Jadi kita sudah coba dulu melakukan pemilahan, sehingga dari pukul 08.00 Wib pagi sampai pukul 22.00 Wib malam hanya bisa 10 truk. Dan tempat pemilahan kita baru satu, kemudian untuk tenaga juga kurang, sehingga pemilahan dilakukan oleh masyarakat yang memulung secara traditional,” sebutnya.
Dikatakan Delma Usni, rata-rata masyarakat yang melakukan pemilahan atau memulung sampah setiap hari bisa menghasilkan uang 100 ribu perorang bahkan bisa lebih. Jika ada 30 orang masyarakat yang melakukan kegiatan pemulungan sampah setiap hari, maka akan ada 3 juta rupiah setiap hari diperoleh masyarakat dari aktivitas memulung.
“Memang nilai ekonominya tinggi. Rata-rata satu orang bisa menghasilkan 100 ribu setiap hari. Bila dihitung-hitung bisa miliaran hasil dari pemulungan atau pemilahan sampah ini. Itu baru secara manual sederhana yang dilakukan masyarakat, yang tidak diambil hanya kantong kresek. Bila memang dikelola secara moderen saya yakin tentu lebih besar lagi,” sebutnya.
Pascalongsor Aliran Gas Metan Terganggu
Disampaikan Delma Usni, untuk Gas Metan sendiri dari sampah ini pasca longsor dua tahun lalu kondisi alirannya sedikit terganggu. Sebab, sebelum longsor pernah dilakukan pengujian oleh tim ahli, gas metannya sudah ada namun belum sempurna.
“Untuk gas metan dari sampah ini sebelumnya sudah pernah diuji oleh ahli tapi belum bisa, ada sudah kira-kira belum sempurna. Terjadi longsor dua tahun lalu, sehingga jaringan gas metan jadi rusak. Kalau sesuai dengan prediksi sebelum longsor, mungkin bisa tahun 2017-2018 secara berangsur-angsur jika tidak ada kendala sudah bisa digunakan,” sebutnya. (us)