PADANG, METRO – Sampai hari ini, Sumatera Barat belum bisa memastikan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan maju pada Pilkada 2020 mendatang. Publik pun sampai hari ini masih sekdar meraba-raba dan menerka-nerka. Hal ini membuktikan bahwa konstelasi Pilkada Sumbar masih Meraba-raba.
Meski sejumlah nama sudah mulai meramiakan isu pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar, belum ada satu partai pun yang mengerucutkan calonnya. Begitu juga dengan nama yang muncul dari luar partai, belum ada yang mendeklarasikan diri maju di Pilgub 2020.
Mungkin, bisa saja masih terlalu pagi menentukannya.Semuanya masih dalam proses penjajakan dan upaya proses membangun komunikasi politik. Apalagi, semua nama yang muncul masih itu baru sebatas bakal calon gubernur, sementara wakil gubernurnya, belum satu pun mana yang muncul. Paling tidak, munculnya sejumlah nama yang diprediksi bakal maju itu menjadi wacana dan pertimbangan bagi masyarakat Sumatera Barat dalam menentukan pilihannya dari jauh hari.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) IB Padang, M Taufik, menilai memang masih masih terlalu pagi bagi partai untuk menetapkan atau mendeklarasikan bakal calon yang akan dusungnya. Politik itu dimanis, semua perlu dikalkulasikan secara matang. Mulai dari segi, popularitasnya hingga jaringan dari calon yang akan diusung.
Meski demikian, lanjutnya, untuk Pilgub Sumbar 2020 mendatang, diprediksi hanya akan ada tiga partai besar yang mengusung calon dari kadernya sendiri. Sementara partai lainnya hanya menunggu pinangan atau melamar calonnya sendiri.Tiga partai itu adalah Gerindra, Demokrat dan PKS.
Dari tiga partai yang mengusung kadernya sendiri itu, hanya Gerindra dan Demokrat yang berkemungkinan bisa dipastikan siapa kadernya yang akan maju. Alasannya, dua partai ini tidak banyak nama kader yang dimunculkan. Dari Demokrat calon yang muncul hanya Mulyadi sementara Gerindra Nasrul Abid. Apalagi keduanya ketokohannya sudah tidak diragukan lagi di internal partai.
“Meski demikian, tentu dua partai ini juga masih meraba-raba siapa wakil yang layak untuk disandingkan dengan calonnya itu,” ungkap Taufik.
Sementara PKS, lanjutnya, sampai saat ini juga masih meraba-raba. Sebab, cukup banyak nama kader yang dimunculkan. Seperti Mahyeldi, Riza Fhalepi, Tifatul Sembiring dan lainnya. Kondisi ini, menjadi pertimbangan panjang bagi PKS untuk memastikan siapa yang akan diusung. Apalagi nama-nama yang mucul itu, memiliki potensi dan SDM cukup bagus bagi PKS.
“Dalam menentukan calon dari internal partai, banyak pertimbangannya. Selain calon itu harus memiliki popularitas dan modal, sang calon juga mesti memiliki jaringan ke Pusat,” terangnya.
Begitu pula dengan munculnya nama diluar partai, seperti Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Fakhrizal dan Sekjen DPD RI, Reydonnyzar Moenek. Meski nama mereka sudah muncul dalam konstelasi Pilkada 2020 mendatang, yang pasti sampai mereka belum berani mendeklarasikan diri secara terbuka untuk maju.
Menurut Taufik, dua sosok ini akan memberikan warna dalam Pilgub nantinya. Apalagi mereka bukanlah kader partai. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah mereka mampu mengumpulkan KTP sesuai dengan syarat untuk maju di Pilgub? Atau apakah akan ada partai yang tertarik dengan sosok mereka? “Yang jelas perjuangan mereka masih panjang,” lanjut Taufik.
Jika dilihat dari dua nama tersebut, kata M Taufik, Fahkrizal lebih berpotensi untuk bisa melewati jalur independen di bandingkan, Reydonnyzar Moenek. Meski pun Reydonnyzar Moenek pernah menjadi Pj Gubernur Sumatera Barat dan saat ini menjabat sebagai Sekjen DPD RI. “Meski keduanya punya materi dan pularitas yang tinggi, akan tetapi Fakhrizal lebih memiliki potensi SDM dan jaringan yang bangus dalam konstelasi Pilkada Sumbar,” pungkasnya. (hsb)