INDARUNG, METRO – Areal tambang batu kapur yang identik dengan lokasi gersang, “disulap” menjadi hijau dengan ditanami pohon-pohon produktif. Hal itu dilakukan PT Semen Padang bekerjasama dengan Korem 032/Wirabraja dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar, saat memperingati HUT Pengambilalihan Pabrik (nasionalisasi) ke-61 tahun dari tangan Belanda, Jumat (5/7).
PT Semen Padang memanfaatkan Pupuk Bios 44 hasil penemuan Danrem 032/Wirabraja, Brigjen TNI Kunto Arif Wibowo. Dengan pupuk itu, pohon yang ditanam di areal tambang bisa tumbuh dengan baik.
Danrem 032/Wirabraja Brigjen TNI Kunto Arif Wibowo di lokasi penanaman pohon di kawasan bekas tambang batu kapur PT Semen Padang, menyebutkan, Bios 44 merupakan alternatif untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup yang bertujuan untuk membangun ekosistem, sehingga lahan tersebut produktif kembali.
“Bios 44 ini sudah kami pakai untuk semua komoditi dengan melalui pendekatan sosial masyarakat, dan diharapkan Bios 44 ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat, karena ini juga bagian dari tugas pokok TNI dalam rangka membantu pemerintah daerah dan menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan masyarakat,” katanya.
Bios 44 sudah dimanfaatkan untuk merestorisasi tanah di beberapa tempat. Contohnya di Pesisir Selatan. Di sana, pohon pinus pun bisa tumbuh di atas lahan berpasir.
“Kemudian di lahan bekas tambang batu bara, juga ditanami lada, begitu juga di kawasan pesisir Bangka yang juga ditanami lada,” bebernya.
Inovasi yang dilakukan Danrem ini, pun diapresiasi langsung oleh Direktur Utama PT Semen Padang Yosviandri. “Inovasi pupuk Bios 44 dari Pak Danrem ini sesuatu yang baru bagi kami, dan tentunya kami berterimakasih kepada Danrem dan jajarannya. Karena pupuk ramah lingkungan ini diharapkan dapat menghijaukan kembali lingkungan bekas tambang batu kapur,” kata Yosviandri.
Hadir pada penanaman pohon itu, Direktur Operasional, Firdaus, Direktur Keuangan, Tubagus Muhamad Dharury, Komisaris Werry Darta Taifur dan Komisaris Khairul Jasmi, jajaran Kodim Kabupaten/Kota di Sumbar, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar Siti Aisyah.
Yosviandri mengatakan, pohon yang ditanam di bekas tambang batu kapur ini terdiri dari mahoni, surian dan pohon indarung. Jumlah yang akan ditanam 77.000 batang di lahan seluas 45 hektare, dan ini merupakan sebagai kegiatan reklamasi tambang yang merupakan tanggungjawab perusahaan sesuai dengan aturan perundang-undangan.
“Penanaman ini kewajiban perusahaan. Penanaman pohon di area bekas tambang ini dilakukan secara bertahap sampai dengan tahun 2038. Jadi ini bukan program sehari atau dua hari, tapi berkesinambungan, dan kami akan terus monitor tumbuh kembangnya tanaman ini. Untuk tahap awal ini, sebanyak 62 batang yang ditanam,” ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumbar, Siti Aisyah mengapresiasi PT Semen Padang dan Korem 032/Wirabraja yang telah bersinergi melakukan penghijauan bekas tambang batu kapur ini. Ia berharap, penghijauan bekas tambang dengan cara penanaman batang pohon menggunakan pupuk Bios 44 ini berhasil sesuai dengan harapan bersama.
“Efektifitas Bios 44 ini cukup tinggi, dan kami juga sudah mencobanya di TPA. Kemudian uji coba Bios 44 ini di bekas areal tambang menurut saya juga bagus. Bahkan uji coba ini juga dilakukan tambang rakyat di Dharmasraya. Mudah-mudahann ini berhasil,” katanya.
Monumen Lori Diresmikan
Sementara itu, masih dalam rangkaian HUT Pengambilalihan Pabrik (nasionalisasi) ke-61, Jumat pagi, usai upacara Dirut PT Semen Padang, Yosviandri, meresmikan Monumen Lori yang dibangun di areal taman kantor Pusat PT Semen Padang. Monumen lori ini sebagai salah satu Landmark di PT Semen Padang, terdiri atas lori pengangkut batu kapur dan silika, Lori pengangkut pelumas dan lori orang.
Peresmian Monumen Lori itu dilakukan karena merupakan upaya perusahaan untuk mengenang sejarah perkembangan PT Semen Padang sejak berdiri 1910 hingga sekarang.
“Monumen Lori ini mulai dibangun 18 Maret 2019, dan pengerjaannya selesai beberapa hari lalu. Melalui Monumen Lori ini, generasi milenial di Perusahaan ini, tentunya akan mengingat kembali sejarah Semen Padang sejak mulai didirikan hingga sekarang ini,” kata Yosviandri.
Yosviandri menyebut, karyawan ataupun masyarakat Sumbar, termasuk tamu yang datang berkunjung ke PT Semen Padang, bisa menjadikan Monumen Lori ini sebagai tempat berswafoto, dan tentunya Monumen Lori ini akan viral. “Kalau viral, orang-orang akan tahu, ternyata inilah peralatan yang digunakan oleh pabrik semen pertama di Asia Tenggara ini pada tahun-tahun pertama pabrik Semen Padang ini beroperasi,” ujarnya.
Lori merupakan salah satu alat transportasi material menggunakan kawat (transportkabel) yang digunakan pabrik Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (sekarang PT. Semen Padang) untuk mengangkut batu kapur (kalsteen) dari bukit Karang Putih, Batu Gadang, ke pabrik di Indarung.
Lori Fasilitas kabel untuk lori pabrik Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij sudah mulai dipasang sejak 1910, dan dan dioperasionalkan di pabrik semen pertama di Indonesia itu sejak 1911 hingga 1988. Kawat lori direntang sepanjang 850 meter dari pabrik ke Karang Putih dan dari pabrik ke Bukit Putus dengan stasiun terminal di Bandar Buat, dengan panjang kawat dari Indarung- Bandar Buat 5.130 meter dan dari Bandar Buat-Bukit Putus sepanjang 6.250 meter.
Kehadiran lori di masa silam, merupakan sesuatu yang baru dan amat mencengangkan bagi warga Padang dan sekitarnya. Cerita lori lebih dahsyat dibandingkan dengan cerita pabrik, sebab untuk melihat pabrik perlu datang ke Indarung, sedangkan untuk melihat lori cukup dari rumah saja, atau di kawasan-kawasan yang dilalui lori. (ren)