BELANTI, METRO – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online tingkat SMA/SMK di Sumbar resmi dibuka Kamis (4/7) hingga Sabtu (6/7). Meski penerimaan peserta didik baru kali ini menerapkan sistem zonasi, namun banyak orangtua dan calon peserta didik baru mengincar sekolah favorit.
Seperti di SMA Negeri 3 Padang dan SMA Negeri 1. Kedua sekolah ini dinyatakan terbaik se Kota Padang, tak heran jika sekolah favorit ini menjadi primadona.
Pantauan POSMETRO di SMA Negeri 3, tampak ratusan calon peserta didik baru silih berganti datang dan memadati loket pendaftaran sekolah tersebut. Peminat di sekolah tersebut, rela antrw hingga berjam-jam guna mendaftaran anaknya di SMA Negeri 3.
Ada 5 loket pendaftaran yang disediakan pihak sekolah. Loket pertama khusus pusat informasi dan pengambilan formulir, loket kedua untuk verifikasi berkas khusus perempuan dengan map merah, begitu juga di loket 3, yakni verifikasi berkas khusus laki-laki dengan map biru. Kemudian, loket 4 untuk entri data pelamar, dan loket 5 pengambilan tanda bukti pendaftaran (hasil entri).
Menyikapi hal itu, Kasubag Humas SMA Negeri 3 Ifna Sukmi mengatakan, pihaknya memastikan akan mengikuti aturan PPDB online sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Sumbar. PPDB tahun ini dilakukan secara online dengan sistem zonasi sebesar 80 persen.
“Kita sesuai dengan Pergub nomor 18 tahun 2018, kemudian ada revisi sedikit kemarin tanggal 3 Juni bahwasanya untuk jalur zonasi yang 80 persen itu ditambah untuk luar zona dan luar provinsi sebanyak 4 persen, serta luar zona dalam provinsi sebanyak 6 persen,” jelas Ifna saat dijumpai POSMETRO.
Ifna menyebutkan, berdasarkan rekap pelamar SMA Negeri 3 di PPDB online pada hari pertama, Kamis (4/7) pukul 11.10 WIB, telah terdaftar 240 pelamar yang bersaing untuk memperebutkan 288 kursi dengan 9 rombongan belajar (rombel) pada sistem zonasi PPDB online ini. Pendaftaran dibuka pukul 08.00 WIB sampai 15.00 WIB.
“Total yang sudah kita terima di jalur PPDB offline melalui jalur tahfizh, prestasi dan perpindahan orang tua sebanyak 23 siswa, yang tinggal kelas ada 7 orang. Artinya, masih ada tersisa 258 kursi lagi untuk pendaftaran online,” ujar Ifna.
Ifna juga menyarankan kepada orang tua calon peserta didik yang ingin mendaftarkan anaknya ke sekolah perlu menyesuaikan nilai rata-ratanya dengan kapasitas sekolah yang dituju. Pasalnya, khusus di Padang ada sebanyak 16 SMA Negeri dengan daya tampung sekitar 1.426 orang. Sehingga masih ada peluang anak-anak mereka diterima di sekolah negeri.
“Yang online ini kita kan boleh memilih tiga SMA, jadi disarankan kepada orang tua sesuaikanlah dengan nilai nem anak. Di Kota Padang, SMA Negeri ada 16 dengan daya tampung 1.426. Jadi yang 1.426 pada batas terakhir nemnya 24. Maka kita harapkan di atas nem 24 anak-anak kita bisa diterima di sekolah negeri,” ujar Ifna.
Pemandangan serupa juga tampak di SMA Negeri 1. Sejak awal pendaftaran PPDB dibuka, ratusan pendaftaran telah memadati meja pendaftaran yang disediakan oleh pihak sekolah. Bahkan ada yang rela datang melalui jalur zonasi dalam Sumbar dari pukul 06.00 WIB.
Kepala SMA Negeri 1 Padang, Nukman mengatakan, hari pertama PPDB online ada tiga pilihan terdiri dari, jalur dalam zonasi (Kota Padang), luar zonasi tapi masih lingkup wilayah Sumbar, dan luar zonasi (luar provinsi Sumbar).
Untuk luar zonasi dalam Sumbar kita menerima maksimal 6 persen, luar zonasi luar Sumbar sekitar 4 persen. Untuk luar zonasi luar Sumbar nilai harus lebih tinggi dari luar zonasi dalam provinsi Sumbar. Kemudian luar zonasi dalam Sumbar minimal nilainya sama dengan jalur dalam zonasi (Kota Padang),” jelas Nukman.
Nukman memandang, sejumlah orang tua antusias untuk mendaftarkan anaknya di SMA Negeri 1. Dalam melayani orang tua ini, pihaknya membuka 4 loket. Loket pertama terkait layanan informasi, loket kedua untuk mengambilan formulir, loket ketiga penyerahan formulir khusus perempuan, dan loket keempat berisi tentang pengembalian formulir untuk laki-laki.
“Kami buka pendaftaran mulai pukul 08.00 WIB sampai jam 15.00 sore. Memang tadi pagi sempat ada sedikit antrean, karena orang tua sudah mulai datang dari jam 6 pagi tapi kami kan bukanya baru jam 8 pagi. Tapi sekarang kan sudah tidak ada antrian lagi,” ulas Nukman.
Orang Tua masih Pantau-Pantau
Rifnaldi (55), warga Pegambiran mengaku masih bingung dengan diterapkannya PPDB online dalam penerimaan tahun ini. Apalagi sistem zonasi itu, kata Rifnaldi, sehingga Kamis ini, dia datang lebih awal sekaligus mau memantau informasi terkait sistem zonasi.
“Masih mantau-mantau, cari informasi karena baru pertama dibuka mau cari tahu bagaimana prosedurnya. Masih setengah bingung ya karena kemarin saya lihat di internet ada tiga pilihan katanya, kemudian dipantau lewat websitenya juga belum bisa dientri,” kata Rifnaldi.
Rifnaldi berharap dalam PPDB online bisa lebih disederhanakan lagi, serta Dinas Pendidikan perlu intens melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Agar hal tersebut tidak membingungkan orangtua maupun wali murid yang gagal teknologi (gaptek).
“Websitenya dibuka juga belum bisa entri data, seharusnya pemerintah lebih aktif lagi melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Oke lah bagi orang tua yang bisa internetan, bagi yang gaptek bagaimana, gak dapat informasi kan,” ujar Rifnaldi.
Hal berbeda diutarakan Japrinur (59). Dengan adanya sistem zonasi tersebut menjadi peluang bagi dirinya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah favorit. Lantaran, dia menginginkan anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
“Bersyukur, pemerintah menerapkan sistem zonasi ini, karena saya bisa menyekolahkan anak saya di sekolah berkualitas,” ujar Japrinur.
Selanjutnya, salah seorang alumni MTsN Gunungpangilun, Khairunnisa mengatakan, keinginannya untuk masuk ke sekolah yang berkualitas sangat tinggi. Dirinya saat ini masih menilai sekolah-sekolah tertentu masih menjadi sekolah favorit, meskipun dalam sistem zonasi.
“Saya sangat berharap bisa diterima di sini karena salah satu SMA favorit di Kota Padang, apalagi jarak dari rumah tidak terlalu jauh. Mudah-mudahan diterima,” harap Khairunnisa. (mil)