SURAUGADANG, METRO – Ratusan warga Kompleks Permata Surau Gadang (Surga), Kecamatan Nanggalo, dibuat resah dan cemas, karena tiap hujan lebat, maka perumahan mereka akan direndam air. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, debit air makin besar dan deras.
Hal itu diduga akibat pengelolaan alur irigasi yang buruk membuat Kompleks Permata Surau Gadang, kebanjiran setiap kali turun hujan. Aliran debit air yang deras dan besar disertai sampah dari hulu meluber ke badan jalan hingga nyaris masuk ke rumah warga. Akibatnya, jalan utama yang sebagian sudah beraspal terus tergerus dan jalanan di gang kompleks yang belum dibetonisasi menjadi berlumpur.
“Dalam dua tahun terakhir aliran debit air makin besar dan deras. Air yang memicu banjir itu berasal dari Irigasi Sawahlua yang tidak tertampung oleh drainase kompleks yang kecil. Sementara saluran pembuangan tidak terhubung dengan saluran yang menuju Batang Kuranji,” ujar Ketua RT 07 Kompleks Permata Surau Gadang, Husni Jamal, Minggu (30/6).
Menurut Husni, sebagian jalan yang telah beraspal mulai rusak dan jika tidak diatasi oleh pemko akan hancur. Kondisi semakin memprihatinkan karena aliran air dari irigasi itu juga membawa sampah kiriman dalam jumlah besar. Sampah tersebut sering tersangkut di sepanjang drainase kompleks sehingga aliran air tersumbat.
“Warga di sini tidak ada yang membuang sampah sembarangan ke drainase. Sampah tersebut dibawa aliran air dari hulu dan membuat risiko banjir semakin tinggi. Warga kompleks bukan tidak berupaya mengatasi masalah tersebut. Hampir setiap minggu warga goro membersihkan, tapi karena volume air dan sampah terlalu besar, upaya tersebut tidak efektif,” tutur Husni di sela-sela pertemuan dengan warganya.
Oleh karena itu, dia meminta pemko melakukan upaya percepatan perbaikan dalam pengelolaan saluran irigasi dan memperbesar drainase serta pengendalian sampah kiriman dari hulu.
“Jika itu dilakukan, kami yakin persoalan banjir disertai sampah kiriman tersebut bisa diatasi,” katanya didampingi Sekretaris RT Zulfahmi.
Betonisasi tak Kunjung Terealisasi
Selain persoalan banjir, warga juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemko dalam pembangunan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) kompleks berupa betonisasi jalan lingkungan yang belum juga kunjung terealisasi. “Sudah dua kali jalan kompleks dijanjikan untuk dibeton. Bahkan datanya sudah ada Dinas Tarkim Kota, tapi belum juga ada kepastian kapan akan dibangun. Sementara warga terus bertanya-tanya,” jelasnya.
Janji pertama ketika ada dana aspirasi anggota DPRD Provinsi Sumbar yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemko Padang. Jalan kompleks ini masuk dalam daftar kegiatan tersebut. Nah, karena ada alasan kendala dari sisi administrasi, maka pelaksanaannya batal di tahun 2018 dan dijanjikan di 2019.
Selanjutnya, pada pekan lalu warga awalnya merasa senang karena pekerja kontraktor datang ke kompleks mengukur, memasang kayu penahan coran dan sedikit menimbun jalan berlubang dengan krikil di titik lokasi yang ada dalam daftar kegiatan tahun lalu. Pekerjanya mengatakan dalam beberapa lagi dilakukan pengecoran.
Namun, akhir pekan kemarin warga kembali dibikin kecewa dan marah karena realisasi betonisasi di kompleks tersebut mendadak dihentikan. Informasi batalnya kegiatan di kompleks tersebut diperoleh ketua RT dari pihak kontraktor.
“Warga kini hanya berharap agar betonisasi jalan di lokasi itu bisa segera direalisasikan,” ujar Husni.
Untuk memastikan informasi dari pihak kontraktor itu, warga mencoba menghubungi Dinas Tarkim Padang. Kemudian diperoleh informasi bahwa pihak kontraktor salah tunjuk lokasi dalam pengerjaan proyek tersebut. Seharusnya pengerjaan betonisasi sekarang bukan di kompleks tersebut.
“Ini jadi pertanyaan bagi saya dan warga. Masak iya bisa salah tunjuk begitu. Ini perlu ditelusuri karena bisa merugikan banyak pihak,” tegasnya.
PPK Betonisasi Dinas Tarkim Norman ketika dikonfirmasi terkait penghentian pengerjaan betonisasi tersebut menjelaskan bahwa lokasi di Kompleks Permata Suraugadang itu menunggu dana dari APBD Provinsi yang sempat dianggarkan di tahun 2018, tapi tertunda ke 2019 karena ada surat dari Irjen Kemendagri.
Sementara untuk pengerjaan tahap ini, menurut Norman, dananya berasal dari APBD murni kota. Informasi yang diperolehnya dari pihak kontraktor, salah tunjuk karena kompleks itu berdekatan dengan titik lokasi yang seharusnya dikerjakan.
“Data kompleks tersebut memang masih ada. Sesuai informasi surat Irjen itu, pengerjaannya tahun 2019. Jadi, kita tunggu dana dari APBD Provinsi untuk pengerjaan di kompleks itu,” katanya. (r)