SOLSEL, METRO – Seorang mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas (Unand) asal Solsel, Mita Handayani, lolos menjadi wakil pertukaran pelajar ke Belanda. Namun Mita membutuhkan biaya untuk bisa mengikuti program tersebut dan mengadukan nasibnya ke Pemkab Solsel.
Mita datang sendirian ke Kantor Bupati Solsel dari rumahnya yang berada Jorong Talunan Baru II Tahap IV Blok C2 Nagari Talunan Maju, Kecamatan Sangir Balai Janggo. Setiba di kantor pemerintahan itu, dia bertemu dengan Wali Nagarinya, Suwardi.
Mita menyebutkan, untuk bisa mendapatkan program pertukaran pelajar ke Belanda ini, dia harus bersaing bersama 10 temannya di Unand. Alhasil dia berhasil mendapatkannya untuk berangkat ke Negara Kincir Angin itu.
“Keberangkatan ke Belanda, universitas hanya menanggung tiket untuk keberangkatan dan pulang ditambah biaya hidup selama di negara itu. Namun belum sepenuhnya diberikan. Sedangkan untuk biaya pengurusan administrasi seperti pasport dan visa ditanggung sendiri,” ujar Mita di kantor Bupati Solsel, Rabu (12/6).
Ia menjelaskan, untuk pasport sudah selesai diurus, tapi visa belum ada karena keterbatasan biaya. Saat ini saya sedang berusaha mencari uang untuk mengurusnya. Oleh karena itu, ia mendatangi kantor pemerintah di pusat kabupaten.
Sesuai Jadwal, lanjutnya, keberangkatan ke Belanda pada 30 Agustus 2019 dan sekarang sedang berjuang mengumpulkan uang untuk mengurus administrasi serta keperluan lain yang tidak dibiayai kampus.
“Pertukaran pelajar di Belanda selama satu bulan penuh dan kembalinya akan membuat laporan. Setelah laporan selesai, baru pembayaran dilakukan penuh,” ungkapnya.
Menurutnya, untuk biaya hidup selama di Belanda baru dibayarkan 70 persen sedangkan sisanya 30 persen lagi setelah menyelesaikan laporan pertukaran pelajar ini. Mita mengaku, orang tuanya sudah lama bercerai dan masing-masing telah kembali membina keluarga baru. Untuk masuk kuliah, ia memperoleh beasiswa bidik misi sehingga pembiayaannya tidak terlalu besar.
Orang tua Mita yaitu Merinayarni dan Junaidi bukan berasal dari keluarga kaya. Bapaknya bekerja sebagai buruh serabutan, tukang ambil alpukat dan buah lainnya. Sedangkan ibunya bekerja sebagai tukang masak di lokasi pertambangan di daerah itu. Penghasilan kedua orang tuanya tidak menentu dan ia tinggal bersama ibunya yang sekarang sebagai tulang punggung keluarga.
“Biaya sehari-hari ditanggung ibu sebagai tulang punggung keluarga, tapi untuk kebutuhan selama kuliah dibantu oleh bapak,” tuturnya.
Setelah kedua orang tuanya bercerai ibunya menikah lagi dan memiliki dua orang anak. Sedangkan bapaknya juga sudah menikah lagi dan juga memiliki dua orang anak. “Sekarang ibu harus membiayai empat orang anak setelah bercerai dengan suami kedua, demikian juga bapak juga membiayai dua anaknya dari pernikahan yang baru,” katanya.
Dikatakan, dengan kondisi keluarga saat ini, tidak mungkin rasanya orang tua akan mempu membiayai untuk keberangkatan ke Belanda. Sehingga dengan inisiatif sendiri ditambah dorongan orang orang dekat maka untuk mengadu ke Pemerintah Daerah.
“Jika tidak diikut, ini akan sangat rugi sekali, karena kesempatan tidak datang dua kali. Saya ingin sekali pergi dan mengikuti pertukaran pelajar ini. Tidak mungkin perjuangan yang telah dilewati dibiarkan sirna begitu saja,” akunya.
Sekarang Mita sudah masuk semester tujuh d dengan IPK 3,86 dan untuk pergi ke Belanda ia juga melalui proses seleksi. Para penguji menyebutkan alasan dirinya dipilih yaitu karena IPK tinggi, aktif diluar kampus serta jawaban yang diberikan outputnya memberikan kontribusi terhadap kampus.
“Dari seleksi yang dilakukan, saya mendapat kepercayaan untuk ikut pertukaran pelajar ini, ini sungguh diluar dugaan,”sebutnya.
Wali Nagari Talunan Maju, Suwardi mengatakan, pihaknya akan berusaha keras membantu Mita mencarikan dana supaya ia bisa berangkat ke Belanda untuk mengikuti pertukaran pelajar ini. Tidak semua orang memiliki kesempatan, ini merupakan prestasi yang luar biasa, apalagi ini adalah warganya. Melihat tingginya keinginan Mita, Ia meminta Mita membuat proposal dan akan mendampinginya memasukkan ke berbagai perusahaan perkebunan sawit yang ada di Sangir Balai Janggo.
Sementara itu, Asisten II Setdakab Solsel, Epli Rahmat juga akan berupaya mencarikan bantuan untuk Mita supaya cita-citanya bisa tercapai.
“Nanti akan kami coba mencarikan solusinya supaya dana bisa terkumpul dan Mita bisa berangkat ke Belanda,” jelasnya. (afr)