SAWAHLUNTO, METRO – Pemko tengah menggebu menjadikan Sawahlunto menjadi kota wisata yang berbudaya dan beragama. Namun, hal itu sepertinya tidak sinkron dengan kaum milenial yang sedang dimabuk asmara.
“Kalau kita melihatnya langsung tegur atau kalau ada bukti visualnya, foto dan viralkan atau berikan pada orang tuanya agar jera,” kata Pimpinan DPRD Sawahlunto, Adi Ikhtibar bersama Weldison di Kantor DPRD Sawahlunto.
Laporan yang telah diterima, lanjutnya, ada beberapa titik kawasan di Sawahlunto yang rawan akan tindakan maksiat. Seperti Silo, Garase, Kawasan Kandi hingga Kawasan Wisata Puncak Cemara.
“Hal ini juga akan kami bicarakan dengan pihak Satpol PP agar segera diberantas. Karena maksiat hanya akan mengundang bencana untuk kawasan kita,” tegasnya.
Lebih jauh katanya, hal ini dapat diatasi dengan kerja sama semua pihak dan tak lepas dari bantuan masyarakat sendiri.
“Mudah – mudahan dengan kepedulian kita semua dapat mengatasi atau memberantas semua perbuatan yang tidak baik ini, baik maksiat atau yang lainnya,” ungkapnya.
Dibalik itu ungkapnya, pemko sekarang tengah gencar melakukan berbagai inovasi untuk Sawahlunto lebih baik ke depannya. Diantaranya dengan dibangunnya rumah tahfiz.
“Dalam mengaplikasikan visi misi kota yang beragama ini, kita sekarang telah membangun beberapa rumah tahfiz. Itu tidak hanya dibangun oleh pemko saja, namun juga didirikan oleh pihak swasta dan individu,” kata Wako Sawahlunto, Deri Asta di Balai Kota, pekan lalu.
Deri menjelaskan, rumah tahfiz diharapkan menjadi suatu sarana dalam membentuk karakter anak yang cerdas dan memiliki pengetahuan tentang agama.
“Seperti yang kita tahu, beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia sekarang telah membuat peraturan, jika hafal Alquran akan lulus tanpa tes,” ungkapnya.
Dia mengharapkan generasi Sawahlunto ke depan dapat menjadi generasi yang luar biasa dan dapat memiliki pengetahuan agama maupun pengetahuan umum yang luas. (zek)
