Anggota KSB Amping Parak, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan membuat pengaman sementara di belakang rumah Marsijon yang terkena abrasi.
PESSEL, METRO–Sebanyak 50 rumah yang ada di kawasan Pantai Ujung Air, Nagari Ampiang Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pessel nyaris roboh dihantam abrasi yang terjadi Sabtu lalu. Tidak hanya itu, ratusan tanaman kelapa tumbang dikikis air laut. Untuk mengantisipasi dan mengurangi meluasnya dampak abrasi, Kelompok Siaga Bencana (KSB) Amping Parak berupaya membuat penahan ombak dengan bambu dan tumpukan karung.
Pantauan POSMETRO, Minggu (1/11) kemarin, abrasi yang terjadi di Pantai Ujung Air membentang sepanjang 150 meter dari batas Nagari Kambang Lengayang hingga ke bagian utara dan membentuk tebing setinggi lebih dari satu setengah meter, hingga merusak rumah warga dan tanaman kelapa serta kikisan air laut yang nyaris mengancam pandam perkuburan.
Kepala Kampung Ujung Air, Marsihal menyebutkan, kerusakan akibat abrasi membuat warga cemas dan khawatir. ”Satu rumah milik Marsijon telah ambruk, ratusan pohon kelapa sudah tumbang. Kerugian akibat abrasi belum bisa ditaksir,” katanya.
Disebutnya, aktivitas pengikisan oleh air laut ini terus berlangsung. Tampaknya, setelah rumah Marsijon, menunggu 50 unit rumah lagi yang bakalan rusak dihantam abrasi. ”Di bagian selatan, posisi tebing atau pinggir pantai berada jauh di belakang batu grib, bila ditarik garis lurus dari batu grib ke utara maka kawasan yang sudah terkikis itu tidak kurang dari 10 meter di belakang garis lurus itu,” paparnya.
Ketua KSB Amping Parak, Irwan menyebut, untuk memperlambat kerusakan akibat abrasi tersebut, puluhan anggota KSB diterjunkan untuk membuat benteng dari bambu dan memasang tumpukan karung berisi pasir di rumah yang telah mengalami kerusakan. “Ratusan karung itu diisi pasir dan dibuat swadaya masyarakat,” katanya.
Menurutnya, untuk mengamankan seluruh kawasan dari abrasi dibutuhkan setidaknya 50 ribu karung berisi pasir. Pihaknya, selain menggelar aksi pembuatan penahan abrasi juga melakukan validasi data kerusakan lahan dan tanaman.
“Puluhan rumah di kawasan terancam amruk pula. Beberapa rumah malah berada persis dipinggir pasir yang terkikis. Dapur warga bila ombak tinggi maka akan dimasuki air laut,” katanya.
Marsijon (50), korban abrasi menyebutkan, kikisan tahun ini menimbulkan dampak hebat. Keberadaan batu grib hanya sedikit saja membantu untuk mengamankan kawasan itu dari abrasi. Dikatakannya, bila air pasang tiba ia dan warga yang rumahnya sudah tersentuh kikisan mengungsi keluar. Jika air pasang datang malam hari, maka mereka mengungsi ke jalan hingga air pasang surut lagi,” katanya.
Selanjutnya, Ketua LSM Swara Pesisir, Rizal Mala menyebutkan, ketika pembangunan batu grib yang tidak tuntas beberapa tahun lalu, warga sebenarnya sudah merasa khawatir. Soalnya dengan pemasangan seperti itu akan menimbulkan dampak dimana akan ada bagian bagian yang lowong akan dikikis air laut dengan kekuatan justru lebih besar.
“Kami sudah mendapatkan analisa dampak pembangunan batu grib dari masyarakat. Lalu, ketika itu melalui media massa, kami mendesak pemerintah pembangunan batu grib itu perlu menambah bangunan pada titik-titik yang bakal muncul menjadi tempat bencana baru,” katanya.
Terpisah, Kepala BPBD Pessel, Prinurdin menyebutkan, selain pasir di Pantai Ujung Air, abrasi juga terjadi di tempat lain, misalnya di Muaro Jambu, Pantai Selayang Pandang Bayang, Pantai Api-api. Semuanya memang perlu pengamanan. Namun akibat keterbatasan anggaran pemerintah belumlah semuanya bisa teratasi dengan baik.
“Khusus di Ujung Air, abrasi memang terjadi hampir setiap tahun. Untuk kejadian kali ini abrasi memang telah menunjukkan dampak besar, namun dari sisi keamanan warga yang tinggal disana masih terbilang baik dibanding sejumlah tempat langganan abrasi,” katanya.
Dia mengimbau, warga perlu waspada artinya ketika gelombang pasang tinggi dan menimbulkan abrasi warga mesti keluar rumah. “Jangan dipaksakan dalam rumah. Sebab tidak pula bisa diperkirakan apakah rumah bertahan dihantam ombak atau tidak,” katanya.
Dikatakannya, hingga kini dirinya belum mendapat laporan tentang berapa jumlah kerugian di sana. “Tentu nanti ada laporan dari walinagari setempat,” tutupnya. (m)











