Aku berharap, Ramadhan tahun ini lebih bermakna.
Demikianlah sebuah senandung syair yang dibawakan oleh salah satu grup nasyid Malaysia. Ungkapannya sederhana, tapi punya makna mendalam. Ramadhan bukanlah sekadar pergantian hari yang menjadi bulan dan diberi nama dengan bulan Ramadhan.
Dia juga bukan bulan pembelengguan hawa nafsu dan syahwat. Ramadhan juga bukan sekadar waktu untuk memperbanyak ibadah ritual yang sakral belaka. Tetapi Ramadhan sejatinya adalah sarana untuk menempa, membina dan mendidik diri untuk lebih dekat dan taat kepada al Khaliq Allah SWT.
Pemahaman bahwa Ramadhan adalah sarana untuk mendidik jiwa dan membentuk karakter diri sangat difahami oleh generasi para sahabat. Sehingga tidak mengherankan jika dalam doa-doa mereka selalu terselip permohonan agar umur mereka dipanjangkan dan bertemu dengan bulan Ramadhan. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ada di antara sahabat yang menyelipkan doanya dengan ungkapan. “Ya Allah terimalah ibadah puasa kami, dan sampaikanlah kami ke Ramadhan tahun berikutnya.”
Dalam riwayat lain yang dinukil oleh At Tirmizi dan Ad Darimi dari Anas bin Malik dijelaskan bahwa ketika bulan Rajab sudah datang, maka Rasul SAW berdo’a, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikan (panjangkan umur kami) ke bulan Ramadhan.”
Dua riwayat di atas memberikan penjelasan bahwa Ramadhan bukanlah bulan penjara dan penyiksaan yang sangat ditakuti. Sebaliknya Ramadhan adalah bulan “kenikmatan” kebahagian yang dirindukan kedatangannya. Inilah setidaknya makna yang terkandung dari balik doa para sahabat ataupun Rasul SAW.
Sejarah mencatat dan memberikan bukti bahwa Ramadhan tidak menurunkan produktifitas kerja seseorang, tetapi sebaliknya dia memberikan energi baru, karena orang yang berpuasa sangat dekat dengan sumber energi yang sesungguhnya yaitu Allah SWT.
Mendalami lebih jauh bagaimana keutamaan bulan Ramadhan, sehingga memberikan motivasi tinggi bagi orang-orang beriman dan pada akhirnya juga merindukan kedatangannya, beribadah secara maksimal terutama pada hari-hari terakhir, maka berikut adalah ringkasan dari khutbah Rasul SAW tentang keutamaan Ramadhan. Ia bersabda.”
Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh bulan yang agun, penuh keberkatan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Puasanya fardhu (kebajikan yang diharuskan) dan beribadah di malam harinya kebijkan yang sangat dianjurkan.
Siapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Siapa menunaikan suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain.
Ramadhan adalah bulan sabar, sabar imbalannya adalah surga. Ramadhan itu bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang-orang yang beriman. Siapa memberi makanan berbuka kepada seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya sehingga dia terbebas dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu tanpa sedikitpun berkurang.
Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, tidak semua di antara kami memiliki makanan berbuka puasa itu untuk orang yang berpuasa.
“Maka Rasulullah bersabda: “Allah memberikan pahala kepada orang tersebut meskipun hanya memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”
Ramadhan adalah bulan yang permulaanya rahmat, pertengahnya ampunan, dan akhirnya bebas dari neraka. Barang siapa meringankan beban pembantu atau karyawanya, Allah pasti mengampuni dosanya dan membebaskanya dari neraka. Karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara lagi untukmu yang sangat kamu butuhkan.
Dua perkara untuk menyenangkan Allah, adalah mengakui dengan sesungguhnya tidak ada Tuhan selai Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara lagi yang sangat kamu butuhkan, adalah mohon surga dan berlindung dari neraka. Siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, Allah pasti memberi minum kepadannya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga ia masuk kedalam surga. Diriwayatkan oleh: Ibn. Khuzaimah dari Salman ra. yang terdapat dalam kitab Al-Targhib II.
Begitu luar biasanya keutamaan dan kelebihan bulan Ramadhan, maka tidak salah jika Rasul, para sahabat dan generasi terdahulu sangat merindukan kehadirannya. Ingin hidup dan bertemu dengan Ramadhan setiap tahunnya. Memperbanyak ibadah dan mengharapakan mendapatkan keberkahannya. Dan sebagai kerinduan mereka itu, mereka buktikan dalam bentuk perencanaan dan persiapan yang maksimal. Persiapan mereka dimulai dari memupuk kerinduan akan kehadiran Ramadhan dengan memperbanyak berdoa. Lebih lanjut, mereka juga membuat perencanaan yang matang untuk maksimalisasi ibadah dalam bentuk persiapan fisik ataupun finansial.
Belajar dari generasi terbaik umat ini, maka sudah sepantasnya umat Islam hari ini juga melakukan perencanaan maksimal dalam menyambut dan mengisi Ramadhan. Menjaga kesehatan, merencanakan tempat beribadah sholat tarweh, berapa kali memberikan perbukaan kepada orang yang berpuasa, dan semua persiapan lain yang diperlukan adalah bentuk konkrit dari kerinduan dan harapan kita bahwa ramadhan tahun ini lebih bermakna bisa terealisasi.
Dan puncak dari semua ibadah itu adalah dengan beri’tikaf dimasjid pada sepuluh hari terakhir, sebagai usaha untuk mendapatkan lailatul qodar pada malam-malam ganjil. Cukup dengan menetap dimasjid sejak malam kedua puluh satu ramadhan, perbanyak ibadah sunnat seperti shalat, baca al Qur an, doa dan dzikir.
Maka terlepas ada suatu kejadian istimewa atau tidak, selama niat ikhlas beribadah, maka insya Allah kita akan mendapatkan malam lailatul qadar, malam yang mulia, lebih baik dari seribu bulan beribadah didalamnya, dan itu tentunya menjadikan ramadhan tahun ini lebih bermakna. Semoga. (*)















