SEB. PADANG, METRO – Malamang sudah menjadi tradisi masyarakat Minangkabau menjelang masuknya Ramadhan. Di kawasan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, tradisi itu masih dipertahankan hingga kini.
Doni, salah seorang pedagang lamang kepada POSMETRO mengatakan, tradisi itu masih dijalankan sebagian masyarakat. Ini karena tradisinya sudah dilestarikan oleh para nenek moyang terdahulu. “Setiap tahun saya terus membuat lamang,”sebutnya Doni, Minggu (5/5).
Ia mengatakan, tradisi itu muncul tak lepas dari peran Syekh Burhanuddin, ulama asal Pariaman. Kendati demikian, malamang juga dipersiapkan untuk tradisi Badoa (Berdoa). Tetangga dan keluarga akan diundang untuk mendengarkan tausiyah dan doa dari ustaz.
Selain itu ungkapnya, hasil lamang yang dimasak tadi akan dijadikan hantaran ke rumah mertua sebagai permohonan maaf. Tradisi ini juga dilakukan untuk menyambut hari-hari besar Islam lainnya.
Dikatakannya, lamang itu sendiri dimasak di halaman rumah, juga dibantu oleh keluarganya.
“Keluarga juga membantu memasak lamang,”paparnya.
Untuk harga jual lamang sambung Doni per batang bervariasi. Seperti lamang kecil Rp45 ribu dan yang besar Rp50 ribu. Tergantung besar dan kecilnya.
Selanjutnya, jenis lamang yang dijual antara lain lamang pisang, lamang baluo, dan lamang tapai. “ Lamang yang laris dan sering dipesan lamang baluo dan lamang pisang,” sebutnya. (ade)