JAKARTA, METRO—Industri penerbangan global tengah berada dalam fase persaingan yang semakin intens. Pasca pandemi, maskapai di berbagai kawasan tidak hanya berlomba memulihkan jumlah penumpang, tetapi juga menghadapi lonjakan biaya operasional, fluktuasi harga bahan bakar, keterbatasan pasokan pesawat, serta tekanan geopolitik yang memengaruhi rute dan strategi ekspansi.
Dalam lanskap yang penuh tekanan ini, maskapai Asia Tenggara mulai tampil sebagai pemain yang agresif dan adaptif. Vietnam menjadi salah satu contoh, seiring pertumbuhan kelas menengah, meningkatnya mobilitas masyarakat, serta peran strategis konektivitas udara dalam mendukung integrasi ekonomi kawasan.
Model bisnis penerbangan berbiaya rendah yang sebelumnya menjadi pendorong pertumbuhan kini menghadapi tantangan baru. Harga tiket murah tidak lagi cukup untuk memenangkan persaingan.
Maskapai dituntut mampu menyeimbangkan efisiensi biaya, keandalan operasional, dan kualitas layanan di tengah ekspektasi penumpang yang semakin tinggi. Tekanan tersebut membuat industri penerbangan berubah menjadi arena kompetisi multidimensi.
Maskapai harus gesit membaca pasar dan disiplin dalam pengelolaan biaya. Sekaligus berinvestasi pada teknologi agar tetap relevan.
Asia Tenggara kini dipandang sebagai salah satu pasar penerbangan paling menjanjikan sekaligus paling kompetitif di dunia. Pertumbuhan penumpang yang stabil, populasi besar, serta intensitas perjalanan lintas negara menjadikan kawasan ini sasaran ekspansi maskapai regional dan global.
Konektivitas udara antara Vietnam dan negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Malaysia, tidak hanya menopang sektor pariwisata. Tapi juga mempercepat arus perdagangan dan investasi.
Maskapai yang mampu membuka serta mempertahankan rute strategis akan memiliki keunggulan dalam persaingan regional. Dalam konteks ini, Vietjet tumbuh sebagai salah satu pemain utama.
Maskapai swasta pertama Vietnam tersebut berkembang seiring transformasi ekonomi nasional dan menjadi bagian dari dinamika persaingan maskapai berbiaya rendah di tingkat global.
Di tengah kerasnya kompetisi industri penerbangan global, pemerintah Vietnam menganugerahkan gelar Pahlawan Tenaga Kerja kepada CEO Vietjet Dr. Nguyen Thi Phuong Thao. Penghargaan ini merupakan salah satu bentuk pengakuan tertinggi negara atas kontribusi terhadap pembangunan nasional.














