PARIAMAN, METRO–Bencana hidrometeorologi ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatera, termasuk Kota Pariaman, tidak hanya menimbulkan kerusakan bangunan dan permukaan tanah, tetapi juga berdampak langsung pada sektor peternakan warga. Sejumlah hewan ternak dilaporkan mati akibat terendam air dan terseret arus banjir.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kota Pariaman, Marlina Sepa, menyampaikan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada 26–27 November 2025 di Desa Rambai, Kecamatan Pariaman Selatan. Wilayah ini menjadi salah satu kawasan terdampak paling parah karena berada di sekitar aliran Sungai Batang Mangau.
”Adapun ternak yang mati adalah kambing, sapi dan juga kerbau. Akibat bencana besar ini ditaksir peternak yang terdampak mengalami kerugian Rp. 91.000.000. Dikarenakan matinya hewan ternak peliharaannya hayut dan terbawa banjir,” ungkap Marlina, kemarin.
Marlina menjelaskan, hasil pendataan pemerintah daerah menunjukkan kerugian peternak di Pariaman cukup signifikan akibat kejadian tersebut.
“Berdasarkan pendataan kami, total kerugian peternak mencapai sekitar Rp91 juta akibat ternak yang mati karena terendam dan terseret arus banjir,” ujarnya.
Marlina menambahkan, Kota Pariaman termasuk daerah yang rentan terdampak siklus hidrometeorologi. Sejumlah titik mengalami banjir, terutama kawasan yang bersinggungan langsung dengan aliran Sungai Batang Mangau di Kecamatan Pariaman Selatan.















