Sudah belasan tahun ini, isu Kereta Api dan Loko Uap Mak Itam, digunakan sebagai “madu” untuk materi promosi Pariwisata Sumatera Barat. Untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan berkunjung. Walau tidak semua wisatawan yang ke Ranah Minangkabu ini akan naik kereta api.
Sayang sekali karena terkendala beberapa isu teknis, sampai sekarang baru kereta api Padang – Pariaman saja yang berjalan secara reguler. Baik untuk keperluan Pariwisata maupun mobilisasi kaum urban yang bekerja di Padang dan tinggal diluar kota Padang. Disamping satu lagi jalur komersial Indarung – Teluk Bayur untuk angkutan Semen.
Mencari Solusi Tanpa Menghancurkan
Masyarakat Peduli Kereta Api Sumatera Barat (MPKAS) secara konsisten telah berjuang agar perkeretaapian kita di Sumbar tidak “mati suri”. Kita mendorong revitalisasi agar menjadi kereta api pariwisata. Mengapa? Karena melihat dan meresapi keindahan alam Sumatera Barat jauh lebih dahsyat jika perjalanannya dilakukan dari dalam gerbong kereta api. Pengalaman tersebut tidak akan pernah didapatkan jika kita hanya menggunakan mobil melalui jalan raya.
Kita butuh solusi yang lebih cerdas. Ilmu pengetahuan dan teknologi konstruksi masa kini seharusnya mampu menawarkan mitigasi banjir tanpa harus menghancurkan situs bersejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah masa lalunya. Jangan sampai karena ketidakmampuan kita dalam berinovasi, kita justru memilih jalan pintas dengan menghancurkan landmark kebanggaan sendiri.
Jembatan KA sebagai Ikon Pariwisata
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa jembatan-jembatan KA dimana saja, merupakan karya monumental. Konstruksi Sipilnya sangat luar biasa. Apalagi pada masa itu. Termasuk Jembatan-jembatan KA di Lembah Anai ini.
Sudah belasan tahun ini, isu Kereta Api dan Loko Uap Mak Itam, digunakan sebagai “madu” untuk materi promosi Pariwisata Sumatera Barat. Untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan berkunjung. Walau tidak semua wisatawan yang ke Ranah Minangkabu ini akan naik kereta api.
Sayang sekali karena terkendala beberapa isu teknis, sampai sekarang baru kereta api Padang – Pariaman saja yang berjalan secara reguler. Baik untuk keperluan Pariwisata maupun mobilisasi kaum urban yang bekerja di Padang dan tinggal diluar kota Padang. Disamping satu lagi jalur komersial Indarung – Teluk Bayur untuk angkutan Semen.
Penutup: Sebuah Seruan
Jika Jembatan Kembar Anai dan mungkin akan termasuk Jembatan Tinggi KA Lembah Anai ini pada akhirnya harus dibongkar juga suatu waktu nanti, maka saat itulah Sumatera Barat benar-benar kehilangan sebagian jiwanya. Jangan biarkan generasi mendatang hanya mengenal kehebatan Ranah Minangkabau lewat buku teks yang kaku. Biarkan mereka melihat, menyentuh, dan merasakan keagungan jembatan itu sebagai bukti bahwa kita pernah menjadi besar.
Jangan bongkar sejarah kami. Jangan cabut tiang harga diri kami. Kami paham keuangan negara lagi tidak baik-baik saja saat ini. Tetapi kami tetep berharap ada solusi yang lebih baik. Amiinnn… (**)
