PASBAR, METRO–Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman Barat terus memperkuat upaya percepatan penurunan stunting melalui Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (SKPP) dengan melibatkan tokoh lintas agama dan budaya. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari penguatan kolaborasi lintas sektor guna mencapai target prevalensi stunting sebesar 12,11 persen pada tahun 2025.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bappelitbangda Kabupaten Pasaman Barat, Joni Hendri, dalam kegiatan diskusi bersama lintas sektor dan tokoh masyarakat di Simpang Empat, Senin (22/12).
Ia menegaskan bahwa stunting merupakan persoalan multidimensi yang tidak memandang latar belakang suku, ras, etnis, maupun agama.
“Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan fase yang sangat menentukan pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas anak di masa depan. Stunting tidak hanya persoalan kesehatan, tetapi juga dipengaruhi faktor sosial, budaya, dan ekonomi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan berbagai penelitian, sektor kesehatan hanya berkontribusi sekitar 30 persen terhadap kejadian stunting, sementara 70 persen lainnya dipengaruhi faktor nonkesehatan seperti sanitasi, ketersediaan air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat, serta pola asuh anak.
Oleh karena itu, pendekatan komunikasi berbasis tokoh yang memiliki pengaruh kultural dinilai sangat strategis. Berdasarkan data e-PPGBM Februari 2025, jumlah balita stunting di Kabupaten Pasaman Barat tercatat sebanyak 4.574 anak. Sementara itu, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting Pasaman Barat masih berada pada angka 26,6 persen.
