BUKITTINGGI, METRO–Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bukittinggi menggelar rapat paripurna dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota (HJK) Bukittinggi ke-241, Senin (22/12), di Balai Sidang Bung Hatta. Paripurna tersebut menjadi momentum refleksi sejarah, evaluasi pembangunan, serta penegasan arah masa depan Kota Bukittinggi.
Ketua DPRD Kota Bukittinggi, Syaiful Efendi, menyampaikan bahwa peringatan HJK bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ajang introspeksi bersama terhadap perjalanan pembangunan kota. Ia menegaskan, kondisi Bukittinggi saat ini merupakan hasil dari kerja kolektif antara pemerintah daerah, DPRD, dan seluruh elemen masyarakat.
“Pembangunan tidak pernah bisa berjalan sendiri. Diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat. Momentum HJK ke-241 ini hendaknya menjadi dorongan untuk terus melahirkan inovasi baru demi terwujudnya masyarakat Bukittinggi yang gemilang, berkeadilan, dan berbudaya,” ujar Syaiful.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Bukittinggi, Zulhamdi Nova Chandra, membacakan kronologis penetapan Hari Jadi Kota Bukittinggi yang diperingati setiap 22 Desember. Ia menjelaskan, penetapan HJK berangkat dari kajian historis mendalam yang melibatkan tokoh masyarakat dan para ahli sejarah.
“Berdasarkan hasil seminar dan pembahasan panitia khusus DPRD, disepakati bahwa Hari Jadi Kota Bukittinggi jatuh pada 22 Desember 1784. Penetapan ini mengandung nilai integratif, inspiratif, aspiratif, patriotisme, dan nasionalisme,” jelas Zulhamdi.
Tokoh masyarakat Bukittinggi, Inyiak Rudi Gunawan Syarfi, Dt. Rajo Endah, menegaskan posisi strategis Bukittinggi dalam sejarah perjuangan bangsa. Menurutnya, kota ini berkembang dari kawasan penghasil rempah dan pusat kolonial Fort de Kock hingga menjadi kota pendidikan, ekonomi rakyat, serta tempat lahirnya tokoh-tokoh nasional.
“Sejarah kebangsaan yang tumbuh dari masyarakat Kurai dan jorong merupakan modal besar untuk membangun Bukittinggi ke depan. Upaya menjadikan Bukittinggi sebagai Kota Perjuangan harus terus kita dukung dengan menjaga keharmonisan adat dan pemerintahan, berlandaskan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah,” ujarnya.
Wali Kota Bukittinggi, Ramlan Nurmatias, dalam sambutannya menegaskan bahwa Bukittinggi memiliki sejarah panjang dan berlapis. Ia menyebut, berdasarkan kajian sejarah, kota ini terbentuk melalui musyawarah niniak mamak pada 22 Desember 1784 yang menyepakati perubahan nama Bukik Kubangan Kabau menjadi Bukik Nan Tatinggi, yang kemudian berkembang menjadi Bukittinggi.
