Masalahnya, kondisi finansial klub membuat Barça sulit bersaing secara ekonomi. Mereka tak bisa menawarkan gaji setinggi para rival, apalagi bonus penandatanganan besar, yang justru menjadi senjata utama klub-klub mapan.
Guéhi sendiri bukan satu-satunya opsi di meja Real Madrid. Nama Dayot Upamecano dari Bayern Munich juga masuk radar.
Bek asal Prancis itu memiliki situasi kontrak yang mirip dengan Guéhi dan Ibrahima Konaté. Sementara itu, Nico Schlotterbeck menjadi opsi yang lebih rumit karena Borussia Dortmund mematok harga di atas €50 juta.
Florentino Pérez sendiri dikenal konsisten dengan strateginya: merekrut pemain yang kontraknya hampir habis.
Ia lebih memilih mengeluarkan dana untuk bonus penandatanganan dan gaji besar ketimbang membayar biaya transfer mahal ke klub lain. Menariknya, strategi ini kini mulai ditiru oleh Laporta di Barcelona.
Real Madrid sudah memetik banyak hasil dari pendekatan tersebut. Mulai dari Kylian Mbappé, Trent Alexander-Arnold, hingga nama-nama seperti David Alaba dan Antonio Rüdiger.
Pola ini juga didorong oleh para agen, yang kerap menyarankan pemain bertahan hingga kontraknya habis demi mendapatkan gaji lebih tinggi atau bonus besar, seperti yang terjadi pada Alphonso Davies.
Ke depan, situasi Marc Guéhi, Upamecano, dan Konaté diprediksi saling terkait dan berpotensi memicu efek domino di pasar bek tengah Eropa.
Namun satu hal sudah jelas: bagi Real Madrid dan Barcelona, bek Crystal Palace itu saat ini dipandang sebagai peluang paling menguntungkan di bursa transfer musim panas mendatang. (jpg)




















