Hendri mengungkapkan, di Nagari Sipinang terdapat 350 kepala keluarga (KK), dengan 135 KK di antaranya terdampak banjir dan longsor, baik secara fisik maupun ekonomi. Meski demikian, pihaknya optimistis masyarakat dapat bangkit, meskipun banyak sawah dan kebun warga terendam banjir.
Ia juga berharap adanya perhatian dari pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat untuk memperbaiki jaringan irigasi di Nagari Sipinang. Jika tidak segera ditangani, lahan pertanian yang terendam berpotensi menjadi lahan terbengkalai.
Sekretaris Camat Palembayan, Harpian, mengatakan bahwa secara umum bantuan logistik di Kecamatan Palembayan telah mencukupi untuk kebutuhan dua bulan ke depan. Saat ini, fokus utama adalah pemulihan infrastruktur dan pendataan kerusakan lahan pertanian.
“Proses pemulihan infrastruktur terus berjalan, sementara untuk kerusakan lahan pertanian masih dalam pendataan terkait luasannya,” ujarnya.
Ia menambahkan, berdasarkan data hingga 7 Desember, jumlah korban di Kecamatan Palembayan tercatat 110 orang, dengan 59 orang di antaranya masih dalam pencarian. Untuk Nagari Sipinang sendiri, tercatat satu korban jiwa, sementara kerusakan terparah terjadi di Nagari Salareh Air.
Meski bantuan telah merata di Kecamatan Palembayan, masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, mengingat kondisi cuaca yang masih belum menentu.
“Secara ekonomi, kondisi masyarakat memang lumpuh, namun sebagian warga yang berprofesi sebagai petani sudah mulai kembali beraktivitas. Warga yang tidak terdampak langsung telah beraktivitas normal, sementara masyarakat yang terdampak langsung, khususnya di Nagari Salareh Air, masih membutuhkan uluran bantuan,” tutupnya. (rgr)



















