Minat Belajar Merosot, Guru Bertahan dengan Pengabdian
Kondisi memprihatinkan juga disampaikan Kepala Sekolah SMP PGAI, Yenti Puspita. Ia mengungkapkan bahwa konflik yang berulang kali terjadi telah membuat kepercayaan masyarakat menurun drastis.
“Dulu siswa SMP mencapai 30 orang, sekarang tinggal 12 siswa. Kondisi serupa juga terjadi di tingkat TK, SD, hingga SMA. Jumlah peserta didik sangat minim,” ungkap Yenti.
Lebih memprihatinkan lagi, para guru mengaku belum menerima gaji selama delapan bulan terakhir. Gaji yang dinanti pun, kata Yenti, kerap tidak sebanding dengan kebutuhan dasar sehari-hari.
“Untuk beli BBM saja sering tidak cukup. Namun, kami para guru tetap bertahan karena kecintaan terhadap PGAI. Kami tetap mengabdi dan berharap kejayaan PGAI seperti masa lalu bisa kembali,” katanya.
Yenti menambahkan, PGAI merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh para ulama Sumatera Barat melalui wakaf demi kepentingan umat. Menurutnya, konflik yang terjadi saat ini menjadi tanggung jawab moral seluruh pengurus untuk segera diselesaikan.
“Kami tidak menggantungkan hidup di PGAI. Niat kami hanya ingin mengembangkan dan menyelamatkan lembaga ini demi masa depan pendidikan umat,” ucapnya lirih. (ped)
















