PASAMAN, METRO–Pemerintah Kabupaten Pasaman bergerak cepat menyikapi fenomena tanah retak yang muncul di tiga kecamatan berbeda. Fenomena itu berpotensi mengancam keselamatan warga dan infrastruktur. Retakan tanah dengan dimensi mengkhawatirkan ditemukan di Lubuk Sikaping, Tigo Nagari, dan Bonjol. Pemkab Pasaman serius menanggapi persoalan yang sudah dilaporkan masyarakat itu. Koordinasi tingkat OPD, kecamatan, nagari hingga provisni sudah dilakukan.
Laporan warga tentang tanah merekah langsung ditindaklanjuti dengan peninjauan lapangan oleh tim gabungan Pemkab Pasaman. Ada unsur, OPD, Camat dan jajaran pemerintah nagari. Di Modang Tinggi, Desa Koto Tinggi, Lubuk Sikaping, retakan selebar 30 cm membentang sepanjang 50 meter di lahan warga. Sementara di Rimbo Panjuik, Tigo Nagari, retakan massive mencapai 3 hektare di area perkebunan, disertai longsoran tebing yang materialnya menutupi aliran sungai. Titik ketiga ditemukan di Nagari Koto Kaciak, Kecamatan Bonjol, memperluas area waspada.
Bupati Pasaman Welly Suhery melalui Plt Kepala pelaksana (Kalaksa) BPD Pasaman Dedi mengatakan, Pemkab Pasaman secara administratif, telah mengirimkan surat resmi yang ditujukan kepada Ketua Tim Kerja Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kepala Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat, dan Kepala BMKG Padang Panjang.
Salah satu tujuannya mendatangkan tim ahli untuk kajian mendalam dan rekomendasi teknis penanganan terkait ancaman potensi bencana tersebut.
“Pemkab Pasaman tidak menunggu. Begitu ada laporan, tim turun langsung berkoordinasi dengan Camat, Wali Nagari, dan perangkat jorong ke lokasi untuk memetakan risiko dan mengamankan area,” jelas Plt. Kepala Pelaksana BPBD Pasaman, Dedi.
















