“Media yang sehat dan profesional akan menjadi mitra strategis pembangunan. Sebaliknya, media tanpa kompetensi justru bisa menimbulkan konflik baru di ruang publik,” katanya.
Kurniawan berharap seluruh peserta mampu lulus dan memperkuat kualitas jurnalisme, khususnya di Payakumbuh.
Ia menyebut UKW adalah salah satu cara untuk memastikan wartawan siap menghadapi “perang informasi” yang semakin kompleks. “Kompetensi adalah benteng utama kita. Wartawan harus mampu menjadi agen perubahan yang membangun, bukan bagian dari masalah. Semoga UKW ini membawa manfaat besar bagi dunia pers dan masyarakat Payakumbuh,” tutupnya.
Ketua PWI Sumatera Barat, Widya Nafies, mengakui bahwa meningkatnya jumlah perusahaan pers di daerah turut menambah jumlah wartawan baru di lapangan. Namun, peningkatan itu sering tidak dibarengi dengan standar kompetensi yang sama.
“Dengan tumbuhnya perusahaan pers, persaingan semakin ketat. Wartawan yang tidak kompeten akan tersisih, sementara yang kompeten justru semakin dibutuhkan. UKW memastikan wartawan memiliki kualitas itu,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penyebaran hoaks dan media tidak profesional telah banyak menimbulkan konflik di masyarakat, mulai dari kabar bohong isu politik hingga misinformasi kebencanaan. Karena itu, jurnalis yang memegang lisensi kompetensi dapat menjadi penengah yang menyajikan informasi terverifikasi. “Mudah-mudahan peserta hari ini semuanya kompeten, karena tantangan di lapangan semakin berat,” ujarnya.
UKW kali ini diikuti 22 wartawan dari Payakumbuh dan Lima Puluh Kota. Kegiatan juga dihadiri oleh Bupati Lima Puluh Kota Safni, Anggota DPRD Muhammad Fajar Rillah Vesky, serta tamu undangan lainnya.
Aspon Dedi menyampaikan apresiasi terhadap Pemkab dan DPRD Lima Puluh Kota yang telah menganggarkan pelaksanaan UKW, serta Pemko Payakumbuh yang mendukung peningkatan kompetensi wartawan pada tahun-tahun sebelumnya. “Sinergi ini sangat berarti, terutama ketika dunia pers sedang menghadapi tekanan dari banyak sisi,” pungkasnya. (uus)




















