Kuranji – Kalau bicara soal hobi, memang tidak ada habinya. Karena banyak sekali pilihan hobi sesuai dengan minat. Jika sudah hobi, ketakutan pun akan terkalahkan. Seperti halnya hobi para pemburu burung ruak-ruak.
Hanya berbekal senter kecil dan senapan angin, mereka tidak takut keluar masuk semak belukar di tengah malam gelap gulita. Parlaungan adalah salah-satu dari orang yang hobi berburu ruak-ruak.
Pemilik bengkel knalpot di Bypass dekat simpang empat Siteba ini, setiap waktu luang selalu menyempatkan diri untuk berburu ruak-ruak. Hampir daerah persawahan yang ada di Kecamatan Kuranji sudah dia geranyangi, mencari burung berparuh panjang, pemangsa belalang tersebut.
Selasa (30/4) malam, saya mencoba mengikutinya berburu. Sebelum menentukan jam berapa untuk berangkat, dia sempat bertanya, ”Apakah anda siap menghadang malam keluar masuk rawa dan berlumpur lumpur? Siap digigit lintah dan terkadang harus ketemu dengan ular? Kalau tak siap, bagus tak usah ikut!” ucapnya sambil membersihkan senapan angin miliknya.
Karena merasa penasaran, saya pun langsung jawab siap. Padahal, dalam hati sebenarnya keraguan dan ketakutan. Selain harus melintasi rawa-rawa ditengah malam, juga karena takut digigit lintah atau ketemu dengan ular. Namun karena rasa penasaran begitu tingggi mengalahkan rasa takut, saya pun akhirnya memberanikan diri.
Malam sudah mulai menunjukkan pukul 21.00WIB, seluruh perlengkapan sudah disiapkan. Mulai dari senapan angin, senter, minuman dan parang dan speaker kecil. Setelah semua perlatan yang dibutuhkan masuk ke dalam tas, dengan tiga orang kami pun mulai menyelusuri pematang sawah.
Agar tidak jatuh, pandangan harus fokus dengan mengikatkan senter di bagian kepala. Karena tidak biasa berjalan di pematang sawah di tengah malam, kaki saya kerap terpeleset dan terjatuh ke dalam lumpur. Meski demikian, tetap semangat.
Saddam, nama teman kami yang ikut malam itu, dia bertugas mengatur speaker agar tetap hidup sepanjang perjalanan. Dia terus memutar rekaman suara burung ruak-ruak yang sudah kami download sebelum berangkat. Sementara Parlauangan, siaga dengan senapan angin yang dia tenteng.
Menurut Parlaungan, berburu ruak-ruak itu dibutuhkan mental yang kuat. Tidak boleh takut hantu dan siap bergerak di malam hari ke luar masuk rimba. Sebab, biasanya ruak-ruak itu berada di daerah-daerah lembab dan berair.
Baru beberapa minit kami menghidupkan speaker, langsung terdengar bunyi balasan dari balik semak belukar di pingir sawah. Suara itu pun semakin dekat. Burung berkaki dan berparuh panjang berwarna kuning, bagian bawahnya warna putih dan hitam bagian atas itu pun muncul bertengger di atas ranting kering. Parlaungan pun langsung membidiknya dan burung itu tersungkur.
Menurut Laung, sebenarnya memikat ruak-ruak itu tidaklah begitu susah dan ribet. Yang penting memori speaker harus dipastikan berisi bunyi burung ruak-ruak. Agar lebih mantab, saat akan mendownload, harus memilih suara ruak-ruak yang sedang beradu. Atau suara betina untuk lebih cepat memancing target.
Kemudian, lanjutnya, pastikan senter yang dibawa jangan sampai kehabisan baterai. Bila perlu baterai cadangan harus dibawa. Ini gunanya agar senter memiliki sorot cahaya yang tajam. Sebab sifat burung tersebut, mengejar cahaya senter dan sumber bunyi lawannya. Cahaya harus terus diarahkan ke bagian mata ruak ruak, sehingga dia tidak bisa melihat orang yang ada dibalik cahaya.
Biasanya, ruak-ruak tidur dalam semak-semak atau bertengger di ranting ranting kecil. Bisa juga di dahan dahan pohon yang tidak terlalu tinggi di pinggir-pinggir aliran air. Dia bertengger di ranting itu untuk menghindari predator seperti ular. Mereka akan banyak bila sedang musim belalang. Musim belalang juga dipengaruhi dengan kondisi tanam petani di sawah.
Pendengaran burung ruak-ruak ternyata sangat sensitif dengan suara lawan. Khususnya bagi jantan yang baru tumbuh dewasa. Biasanya dia akan langsung menyahut dan mencari sumber suara lawannya. Ruak-ruak yang agresif biasanya tidak membutuhkan waktu lama menunggu dia muncul.
Cara membidik juga harus diperhatikan dan tidak boleh sembarang sasaran. Biar tepat, pada saat membidik jangan dari arah depan, harus dari bagian samping. Bidikan harus ke bagian kepala atau jantung. Sekali tembak saja, dia akan langsung tersungkur.
Akan tetapi, jika sasaran salah, dia masih bisa berlari kencang ke dalam semak-semak. Meskipun dia tidak lagi bisa terbang akan sulit mendapatkannya. Perburuan kami lanjutkan hingga larut malam. Setelah merasa tangkapan kami cukup memuaskan, kami pun akhirnya pulang. Beberapa ekor tangkapan yang kami bawa, siap untuk disantap. (**)


















