PDG.PARIAMAN, METRO—Jumlah korban meninggal akibat banjir, banjir bandang, longsor, dan luapan sungai di Kabupaten Padang Pariaman terus bertambah. Berdasarkan data terbaru BPBD hingga Minggu (7/12), tercatat 42 orang meninggal dunia, termasuk beberapa jenazah yang terbawa arus dari kabupaten lain dan ditemukan di wilayah Padang Pariaman.
“Ini bencana dengan korban jiwa terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Ada beberapa warga dari luar daerah yang tubuhnya ditemukan di Padang Pariaman,” kata Kepala Pelaksana BPBD Padang Pariaman, Emri Nurman.
Sementara itu, satu warga bernama Evi (52) masih dinyatakan hilang setelah hanyut bersamaan dengan runtuhnya Jembatan Koto Buruak. “Tim SAR masih melakukan pencarian. Medan sangat berat, tapi upaya tidak dihentikan,” tegas Emri.
Hingga kini, 17.385 jiwa terdampak bencana, dan 4.552 warga terpaksa mengungsi ke berbagai titik.
“Kondisi pengungsian masih padat, tetapi logistik sudah mulai stabil. Prioritas kami tetap evakuasi dan keselamatan warga,” ujarnya.
Kerusakan terjadi secara masif. Data BPBD mencatat 4.514 unit rumah terdampak, terdiri dari 15 rusak ringan, 22 rusak sedang, 77 rusak berat, dan 44 unit yang hanyut atau ambruk. Fasilitas publik pun tidak luput dari kerusakan: 10 sekolah rusak, 31 fasilitas pendidikan terendam, 2 fasilitas kesehatan terdampak, dan 22 fasilitas ibadah rusak atau hanyut. Di sektor pertanian, 825 hektare sawah dan 213 hektare ladang terendam, serta enam kolam atau tambak rusak.
“Kerugian ekonomi jelas sangat besar. Namun keselamatan nyawa tetap prioritas,” tegas Emri. Ia menambahkan bahwa BPBD terus berkoordinasi dengan BASARNAS, TNI–Polri, dan relawan agar seluruh wilayah terisolasi segera dapat dijangkau. Masyarakat juga diminta tetap waspada mengingat potensi cuaca ekstrem masih tinggi.
Ujian Sekolah Tetap Digelar, Siswa Belajar di Tenda dan Asrama Haji













