Namun FFIRI tetap melayangkan protes karena tiga pengajuan lain, termasuk milik presiden federasi Mehdi Taj, tidak diterima.
Selain Iran, kekhawatiran juga muncul bagi para pendukung Haiti yang juga terdampak larangan perjalanan. FIFA merespons hal ini dengan menyiapkan skema FIFA Pass, yaitu program yang memberi prioritas akses pengajuan visa bagi pemegang tiket resmi.
Namun, FIFA menegaskan bahwa prioritas itu tidak menjamin aplikasi visa akan disetujui.
Situasi ini semakin menjadi perhatian setelah sejumlah organisasi hak asasi manusia memperingatkan potensi perlakuan diskriminatif terhadap suporter asing dan kelompok minoritas di Amerika Serikat selama penyelenggaraan turnamen.
“Pemerintahan Trump secara agresif menjalankan kebijakan yang berisiko mengancam komunitas imigran, termasuk di kota-kota tuan rumah Piala Dunia,” ujar Jamil Dakwar dari American Civil Liberties Union.
Menanggapi kekhawatiran itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen mendukung kelancaran Piala Dunia, tetapi tetap akan memprioritaskan keamanan nasional dalam proses pemberian visa.
Dengan keputusan Iran untuk menghadiri undian Piala Dunia, ketegangan terkait isu visa mereda meski masih menyisakan kekhawatiran bagi para suporter. (jpg)
















