Warga lain, Def (52), menilai TPU Tunggul Hitam sudah tidak layak dijadikan lokasi pemakaman massal. “Mayat sudah berdempetan di dalam. Kalau memang tidak ada jalan lain, carikan solusi. Cari lahan baru yang lebih aman,” ujarnya.
Selain merendam TPU, banjir juga terjadi di Kecamatan Pauh, tepatnya di kawasan Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukit. Kepala BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton, menyebut sebanyak 50 KK terdampak dan harus dievakuasi ke lokasi aman.
“Banjir terjadi akibat hujan lebat lima hari terakhir. Warga sudah kita evakuasi dan tidak ada korban jiwa,” kata Hendri.
Evakuasi melibatkan TRC BPBD Kota Padang, Basarnas, Dinas Pemadam Kebakaran, TRC Semen Padang, relawan kebencanaan, serta masyarakat setempat. Meski air mulai surut sore harinya, BPBD meminta warga tetap waspada terhadap potensi banjir susulan.
BMKG Minangkabau sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini terkait cuaca ekstrem di Sumbar pada 21–27 November 2025. Kepala Stasiun BMKG Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan, menjelaskan fenomena ini dipicu oleh menguatnya Monsun Asia dan angin baratan yang membawa massa udara lembap dari Samudera Hindia.
“Pertemuan massa udara dengan topografi Bukit Barisan meningkatkan pembentukan awan hujan. Ditambah anomali suhu muka laut yang memperkuat pertumbuhan awan kolektif, terutama di wilayah pesisir barat,” ujarnya.
BMKG mengingatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor, dan banjir rob di berbagai daerah, termasuk Padang Pariaman, Pesisir Selatan, Sijunjung, Mentawai, Agam, Tanah Datar, dan Solok. “Kewaspadaan harus ditingkatkan, terutama di kawasan rawan galodo seperti Tanah Datar,” kata Desindra. (ped/brm)
